Banyak nada yang tercipta disetiap laguku..
Banyak Kata yang teruntai disetiap ucapku..
Begitu banyak mimpi disetiap tidurku..
Tapi hanya satu cinta yang ada dalam hatiku..
Cinta suci yang hanya tertuju untukmu..
Banyak warna terlihat disetiap pandangku..
Banyak jejak yang terhapus disetiap langkahku..
Begitu banyak cerita dimasa laluku..
Tapi hanya satu kisah yang slalu aku rindu..
Kisah kasih saat aku bersamamu ..
Walau malam seringkali sepi..
Walau waktu seringkali terhenti..
Terlalu sering rindu ini tak terobati..
Tapi aku punya satu keyakinan dalam diri..
Kau kan kembali menemaniku disuatu saat nanti..
Walau banyak jeritan jiwa disetiap rinduku..
Walau banyak rintihan hati disetiap piluku..
Begitu banyak pinta disetiap jemariku tengadah..
Tapi hanya satu do’a yang slalu hadir disetiap sujudku..
Kaulah harapanku dan kaulah inginku..
Temani aku dengan setiamu..
Karna aku hanyalah untukmu..
Cintailah aku dengan ketulusanmu..
Karna hatiku hanyalah milikmu..
Kumpulan Cerita Pendek
Mau cerita kalian tampil di blog ini??gampang kirim aja ke e-mail gue Laurance_818@yahoo.com jangan lupa Follow twitter gue @Bilaalfian,Guys,make your story now!
Rabu, 29 Mei 2013
Puisi - Sekarang kita
Puisi - Tiga Belas Februari (untuk Lily Velinda)
Tiga Belas Februari
Secarik kata menyiratkan sejuta kebahagiaan
Betapa tidak ….
Tiba-tiba saja kau penuhi harapanku
Seketika bahagia itu seperti meledak di dalam dada
Ya,ya,ya.. ucap mu
Bahagia tak dirasa karena terlalu sungguh
dua, tiga, menit sempat aku terdiam
Dulu dua kini menjadi satu
Sungguh indah malam itu,
tepat semenit sebelum hari kasih sayang
Tiga Belas Februari,
Lewat malam, mimpi merindu dikau
Raga ini tak sanggup menahannya
Seketika semua berlalu begitu saja
Bak kapas yang diterbangkan angin
Cinta selalu setia pada hati,
Tak peduli betapa hebatnya logika.
Secarik kata menyiratkan sejuta kebahagiaan
Betapa tidak ….
Tiba-tiba saja kau penuhi harapanku
Seketika bahagia itu seperti meledak di dalam dada
Ya,ya,ya.. ucap mu
Bahagia tak dirasa karena terlalu sungguh
dua, tiga, menit sempat aku terdiam
Dulu dua kini menjadi satu
Sungguh indah malam itu,
tepat semenit sebelum hari kasih sayang
Tiga Belas Februari,
Lewat malam, mimpi merindu dikau
Raga ini tak sanggup menahannya
Seketika semua berlalu begitu saja
Bak kapas yang diterbangkan angin
Cinta selalu setia pada hati,
Tak peduli betapa hebatnya logika.
Sabtu, 10 November 2012
Puisi - Jalan Keluar Itu
JALAN
KELUAR ITU
Oleh
: Lorensius Alfian
Dia
dianggap sesuatu yang tabu
Tak
punya siapa-siapa untuk ditanya
Dia
butuh jalan keluar
Tapi
jawaban tak pernah datang
Dia
tak lagi melihat titik temu
Orang bilang bubuk itu jahat,
Dia bilang, aku butuj pertolongannya
Orang bilang bubuk itu jerat setan,
Dia bilang, suatu saat ia malaikat
Orang bilang bubuk itu menyesatkan,
Dia bilang, Itu Jalan Keluar....
Puisi - Rindu Dunia Baru
Rindu
Dunia Baru
Oleh : Lorensius Alfian
Musuh
besarku kini diriku
Yang
tak pernah ku kenal seumur hidupku
Dia
tak pernah ku mengerti
Dia
tak pernah berkompromi
Yang
sulit diusir dari tubuh ini.
Ku
habiskan malam dengan duduk memeluk embun
Sayup-sayup
suara alam menusuk kesela telinga
Orang
bergoyang, tertawa.
Menjerit-jerit,
berpelukan
Dan
saling melepas asa
Aku
memandang dengan sakit teriris luka
Pertengkaran
itu selalu berulang
Dipukul,
berdarah
Menyerah…
Aku
muak
Siapa
yang harus dicaci dan
Siapa
yang harus dibela?
Aku
rindu
Rindu
dunia baru
Senin, 05 November 2012
Puisi - "Putus ASA"
“
PUTUS ASA “
Oleh
: Lorensius ALfian
Berlari
dan terus berlari
Tidak
peduli dan terus berlari
Kini
serpihan meranggas menjadi abu.
Aku
Hancur, luluh lantak
Kembalilah
padaku, maka kan kuberi lagi jiwa.
Datanglah
padaku, maka kan kubawa pergi rindu.
Cintailah
aku, maka kan kubangkitkan gairah itu.
Lepas ragumu, makan kan kuyakinkan hidupmu
Tapi semua akan sia-sia, jika padamu sudah tak ada asa
Aku terluka.
Semua akhir yang tak disangka.
Kau telah mendapatkan penyelesaiannya
Aku tercampak dalam benih yang belum tumbuh.
Aku gila. Telah sia-sia
Salahkah jika hidup dituntaskan?
Aku gila. Putus ASA
Puisi - "PUTAW"
PUTAW
Oleh
: Lorensius ALfian
Sejumput
kecil serbuk putih.
Hirup,
hirup, hirup
Gemetar,dingin,sunyi
Hirup,
hirup, hirup…
Kepala
melayang, pusing.
Tapi
bening di dinding
Denyut nadi menggila
Separuh otak serasa lapang
Hirup, hirup, hirup..
Kini tak lagi separuh.
Hilang..
Telah hilang sakit itu.
Betapa lapang
Betapa
riang
Semua
menggelinjang
Hirup,
hirup..
Terbang
mengawang..
Diam..
Dimana sekarang?
Kini semua telah hilang..
Menanggis..
Sunyi dan gelap
Karna bubuk putih penuh dosa
Puisi - Menggumamlah Dunia
“Menggumamlah Dunia”
Oleh : Lorensius Alfian
Meludahi senyum bunga matahari
Menyumpahserapahi kecupan di kening
Menangisi roh diri sendiri
Seperti terjebak dalah puing hidup
yang menjijikan.
Kenapa?
Jangan salahkan jika ku temukan dunia
baru.
Dunia yang plong!
Dunia yang mengawang
Yang
membelai dan tak mengecam
Kita berpisah
Kita tidak lagi satu atap
Meludah, menyumpah, menggumam
Ku temukan duniaku
Dunia yang tak pernah terdenggar
gumaman anak yang terlantar.
Langganan:
Postingan (Atom)