follow me

Sabtu, 28 Juli 2012

Cerpen - Pelangi di Mata mu

Pelangi Di Mata Mu

Titik demi titik air hujan menetes di jendela.Aku melihat langit yang kusam tak ada bedanya dengan perasaan ku kini. Tak ada senyum, tawa, dan bahagia seperti alam yang menangis,hati ku pun menangis. Ku tunggu hujan reda sampai tak sadar,aku terlelap di dekat jendela.

Aku berjalan di lorong kelas, di ujung,aku melihat dia. Sedikit senyum di raut wajahku tapi sayang ia tak melihatku menatapnya. Kadang aku berangan-angan dapat menyentuh wajahnya, melihat senyumnya, dan tertawa bersamanya tapi ku tahu itu hanyalah khayalan mimpi yang tak akan pernah jadi nyata karena aku mungkin bukan orang yang pantas dengannya, ia pintar dan menarik perhatian sehingga banyak orang menyukainya. Tapi kadang kulihat ia berbeda, penyendiri dan kadang bersikap dingin.

Kulanjutkan langkah menuju kelas tempat ku belajar dan bercanda ria bersama teman-teman. Ku lihat dari kejauhan sesosok berperawakan tinggi langsing, rambut panjang, dan berkaca mata dengan bibir tipis sedang bersandar di depan pintu kelas. sesekali matanya melirik seperti mengawasi sesuatu dan ternyata Bruukkk !!!!  Sosok itu Vina sahabat sejak aku masih sekolah dasar.

Aku menghampiri..
“ Vin.. !!!!!” Vina terkejut menepuk dadanya beberapa kali dan menelan ludah.
“ahhh.... ello Bay, gue kirain si Doni..”
“ehmm nunggu Doni yah?? hehehe.. !!” kata ku meledek.
“ehh,,ngak..ee...”Vina ngeles.
“terserah deh,,tunggu aja ampe lebaran monyet.”
“Apa sih…???” tanya Vina heran.
“ngakk...” Jawabku sambil meninggalkan Vina.
“dasar…!!” teriaknya

Aku masuk ke dalam kelas, Vina mengikuti ku, kemudian duduk di sebelah. Ku simpan tas punggung ku di atas meja dan menyanggahkan lengan untuk sandaran kepala yang menghadap ke arah Vina. dengan spontan aku bertanya padanya.
“ehh.. menurut loe,gue kayak gimana ??”
“dibilang kayak monyet loe udah turunan nya kali, di bilang kaya kecebong mungkin.. bisa juga hheheheh” jawab Vina cengengesan.
“ahh itu sii elo monyet, keluarga loe ajja di ragunan. Serius Vin,menurut loe gue ganteng ngak??” tanya ku pede.

Vina tersenyum kecil dan menjawab.
“loe perfect kali loe sahabat gue yang paling baik, pinter, dan loe juga keren.. tapi hati-hati... ” belum sempat Vina melanjutkan pembicaraannya aku langsung memotong.
“hati-hati apa ??” tanya ku penasaran.
“tapi hati-hati idung loe kembang kempis.. mentang-mentang udah gue puji kayak gitu.. hhahahahahaha.” Vina tertawa puas di depan ku..
“dasar loe .” Celaku.
“mungkin gak siih dia suka sama gue??” sambung tanya ku pada Vina.
“ooh.. si Sari?? Ehmm gue gak tahu lain kali aja bahasnya.” Sambil membalikan badan ke arah lain.
“lho.. gitu sii Vin??cemburu ya??”

Aku heran kenapa setiap kali aku menanyakan Sari pada nya Vina seperti menghindar tak ingin dengar. Apa yang ada di fikirannya tak pernah ku mengerti.
Hari ini hujan lagi aku berharap pada akhirnya akan ada pelangi yang senantiasa memberi warna pada alam yang selama ini terlihat kusam.

Bel pulang berbunyi “treng..treng..treng” semua murid dan teman-teman ku bersiap-siap dan bergegas untuk pulang termasuk aku. Kali ini aku disuruh untuk membawakan setumpuk buku IPS ke ruang guru, sambil berjalan  aku tidak melihat ke depan akhirnya aku menabrak seseorang  dan semua buku berjatuhan..
“sorry.. gue gak sengaja.”kata ku Sambil membereskan semua buku.
“gak apa-apa .. gue bantu yaa.” Terdengar suara halus tapi tak kutahui siapa dia.

Sepertinya aku kenal suara itu perlahan ku lihat wajahnya.
“ehh Sari..”

Tak di sanggka orang yang ku tabrak Sari.
“thankz yaa..”
“iya sama-sama .” jawab Sari sambil tersenyum..

haha... mimpi apa ini?? Sekarang dia senyum.. batin ku kegirangan.

Bibir ku tak dapat berucap dan aku juga tak tahu apa yang ingin aku katakan. Hari yang membuat ku senang, tapi bagaimana dengan Vina sejak tadi aku tak melihat nya. Dag..dig..dug.. jantung ku berdegup kencang aku merasa ini hanya mimpi atau khayalan tapi semakin aku menatapnya semakin aku percaya ini adalah kenyataan.
“Gue suka perhatiin loe dari dulu, tingkah lucu loe sama Vina, liat loe ketawa-ketiwi.. Vina pasti seneng punya sahabat kaya loe..” kata Sari.

Wajah ku memerah tersipu malu.
“hah??.. serius loe?? Vina emang sahabat gue dari jaman gue masih ingusan ampe sekarang udah mau kumisan... hhehehe” timbalku sambil cengengesan.

Aku dan Sari tertawa menceritakan hubungan Vina dan Doni..

Tak terasa waktu berlalu. semakin lama semakin dekat dengan Sari. Disatu sisi aku senang tapi disisi lain aku merasa kehilangan. Kehilangan sahabatku yang selama ini selalu menemani kemanapun aku pergi, memberikan aku semangat, dan lelucon. Vina sekarang menjauh, setiap kali sms tak pernah di balas, kalau pun bertemu kadang selalu membalikan badan, menundukan kepala, memalingkan wajah, pura-pura tak melihat.. apa yang ada di fikirannya???.

Aku benar-benar marah, kenapa seperti ini?? Aku menarik tangan Vina dan berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi padanya.
“Vin.. loe kenapa??, sekarang loe udah beda.. mana Vina yang dulu  suka senyum.. mana Vina yang yang selalu buat gue semangat?? Dulu kita suka bareng-bareng tapi sekarang gue kehilangan loe..”
“kehilangan?? Bukannya loe baru dapet kebahagiaan sama pujaan hati loe itu???” jawab Vina dengan cetus.
“jadi hanya karna itu?? Loe berusaha menjauh dan menghindar?? Tapi kenapa sii Vin??” tanya ku
“sorry Bay.. gue gak mau ganggu hubungan loe sama Sari. Gue gak mau jadi orang ketiga diantara loe berdua. Jadi gue harap loe bisa bahagia sama pujaan hati loe..” Vina pergi meninggalkan ku.

Vina selalu ada di dalam fikiran ku setiap detik, setiap menit, setiap waktu. aku baru menyadarinya sekarang ternyata Vina sangat berarti untuk ku tanpanya terasa sepi. Aku merasa hampa dalam kesendirian ku. Aku berharap akan ada malaikat datang mengibur. Tapi malaikat tak bersayap itu malah pergi menjauh. Setiap hari tak ada semangat, tak ada senyum di wajah ku, wajah murung tak ada gairah yang terlihat. Setiap hari ku menyendiri di bawah pohon mahoni sambil melihat Vina yang mulai mendapat teman baru.

Tanpa di sadari Vina selalu memperhatikan ku dari jauh mungkin dia dapat merasakan perasaan ku saat ini tapi dia selalu diam seolah. Dia memang tak peduli tapi aku percaya Vina akan kembali lagi meskipun harus menunggu.
***

Aku datang ke tempat yang selalu membuat ku merasa damai . Suatu saat nanti aku ingin mengajak seseorang ke sini, seseorang yang ku sayang, seseorang yang istimewa untukku.

Di sekolah. teman–teman ku terus saja mengeluh karena wajah ku selalu kusut. Aku berfikir sejenak “benar,, buat apa murung.. toh kebahagian pasti akan menanti”

Hari ini ku awali pagi dengan senyum lebar. Aku berdiri di atas batu yang sangat besar ku teriakan keinginanku “AKU INGIN DIA KEMBALI, AKU INGIN SEPERTI DULU, TUHAN TOLONG AKU KABULKAN KEINGINANKU SAAT INI JUGA.”

Saat ku pejamkan mata, meresapi, menghayati, merasakan yang ku rasa dan ku lihat kosong yang ku dengar hanya suara air hujan semakin terasa perlahan-lahan kubuka mata dan yang terjadi... “selama ini aku ketiduran... astaga”

Aku segera bergegas pergi menuju rumah Vina dengan mengendarai sepeda motor.
“Vina...” panggil ku di depan rumahnya.
“Napa??.” Vina keluar sambil menggesekan mata.
“Ikut aku yuk.” ajak ku pada Vina
“ehh..kemana??” tanya Vina heran
“udah lah.. ikut aja gue juga gak bakalan ngapa-ngapain loe kok.” jawab ku memastikan
“serius nii.. ikut gak yaa?? Awas loo kalo macem-macem.” Vina meledek
“aduh.. siapa juga yang mau ngapa-ngapain loe gak nafsu juga kali...” kata ku.

Aku mengajak Vina ke tempat itu. Aku ingin memperlihatkan sesuatu yang indah. Dengan semangat, ku tancap gas sepeda motor ku sampai melaju dengan kencang. Vina yang ketakutan memeluk erat pinggang ku dan bersandar di punggungku, sampainya di tempat tujuan aku menggandeng tangan Vina.
“Vin ... loe tau gak?? Kalo gue punya banyak masalah gue dateng ke sini. Di sini gue tenang, disini banyak inspirasi hidup dan motivasi. Gue tau setiap kesedihan pasti akan ada bahagia, di balik gue gagal pasti akan ada keberhasilan.” Vina tersenyum kecil.
“semua itu pernah gue alamin. Waktu gue seneng, sedih, gue pernah merasakannya.” Timbal ku lagi.
“ Bayu.. liat dehh” kata Vina sambil menunjukan telunjuk ke depan.

Pelangi perlahan-lahan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu muncul dari bawah hingga puncaknya terlihat jelas. Pelangi yang senantiasa memberi warna saat alam sedang terlihat kusam, memberikan keindahan dan ketentraman bagi mahluk sekitarnya begitu pun aku dan Vina.
“Vin... ada pelangi... tapi kali ini gue liat 2 pelangi. Pelangi yang satu akan muncul kalo habis hujan,tapi yang satunya gue liat di mata loe… pelangi indah yang akan selalu abadi sampai kapan pun. Gue yakin pelangi itu gak akan pernah pudar untuk selamanya...”


Inspirasi :Rizky Novianti

Selasa, 24 Juli 2012

Gabriel Elnino












pasangan kekasih


 Pendekar Lupa dan Putri Ngantuk”..

Kisahnya becerita tentang Pendekar Lupa dari Negeri Tagakoyama yang lupa ngucapin selamat ulang bulan yg keempat kepada kekasihnya Putri Ngantuk.. Hal ini bisa ditolerir karena Pendekar Lupa baru pulang dari berkelana ke Bukit Unggul bersama pasukan Maarnya.. Setelah itu beliau juga harus datang ke rapat penting petinggi istana di malam hari.. Sungguh sangat sibuk pendekarku hari ini..

Keesokan harinya Pendekar Lupa baru bisa bertemu dengan Putri Ngantuk di barak, tempat Putri Ngantuk belajar berpuisi dan menari.. Disana sang Putri ditemani oleh Jendral Eggy yang juga merupakan teman lama dari Putri Ngantuk dan Pendekar Lupa.. Setelah berbincang sejenak sambil menghabiskan sepiring ayam mentega, Pendekar Lupa dan Putri Ngantuk pergi untuk menonton Opera boneka yang berjudul Toy Story 3 ,, dengan menggunakan kacamata hitam sehingga semuanya tampak begitu nyata.. Sangat mengharukan, membuat Putri Ngantuk meneteskan air matanya…

Sepulangnya dari menonton Opera, mereka pulang ke Istana sang Putri.. di perjalanan, sang Putri salah berucap sehingga membuat Pendekar Lupa terdiam sepanjang perjalanan.. Ketika ditanya oleh Putri Ngantuk, Pendekar Lupa hanya menggelengkan kepalanya dan tidak mau menjawab.. tapi aku tau kamu marah sayang…

Putri Ngantuk sangat sedih, karena telah lama ia bersabar menunggu kedatangan Pendekar Lupa selama berhari-hari tanpa kabar tetapi ketika bertemu sang Pendekar hanya bisa terdiam.. Hampir saja sang Putri menangis sedih.. tapi ia masih bisa menahannya..

Sesampainya di Istana sang Putri, Putri Ngantuk langsung mempersilahkan Pendekar Lupa untuk pulang.. tanpa harus melewati gerbang istana tanpa harus bertemu dengan Ibu Suri.. Putri Ngantuk marah pada Pendekar Lupa.. Ia langsung menutup gerbang tanpa melihat kepergian Pendekar Lupa… tanpa meminta kabarnya ketika ia sampai di kediamannya..

Enam puluh menit merasa khawatir, menunggu pesan dari Pendekar Lupa… sampai akhirnya terdengar Untitle nya Maliq d’essential pertanda panggilan dari Pangeran Lupa.. sang Putri mengangkatnya hati-hati dengan perasaan kesal dan senang.. Pendekar Lupa telah sampai di kediamannya, ucapnya dalam hati.. “Halo.. ” sahut si Pendekar Lupa “saya mau membacakan suatu cerita, saya harap kamu mendengarkannya..” sang Putri hanya menjawabnya dengan gumaman, ogah-ogahan sambil berbaring di singgasananya..

JDan Pendekar Lupa pun menceritakan kisahnya dengan cara yang berbeda, memberi tau tanpa harus terkesan menggurui.. sang Putri tertegun mendengarkannya, ia menjadi tau dimana letak kesalahannya.. ia menyesali kesalahannya.. dan juga menyesal karena telah membuang muka hari ini.. aku tau aku salah berucap sayang.. Maaf.. Pendekar Lupa pun tersenyum memaafkan

Senin, 23 Juli 2012

Antara Sahabat dan Pena


Antara Sahabat dan Pena

Clara,teringat  kembali dengan sebuah nama.Tiara. Manis nama itu, semanis orangnya.Dialah teman karib Clara yang selalu diingatannya. Sudah lama mereka saling kenal.Pahit-manis persahabatan mereka lalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan.Clara kehilangan sahabat karibnya.

            Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu.Waktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Clara sedang memarahi Tiara kerana mengambil pena kesukaannya tanpa seizin dan menghilangkannya.

            Jika Clara menanyakan pena tersebut, Tiara hanya menjawab bahwa dia akan segera menggantinya. Namun Indra menolak. Karen pena itu adalah hadiah pertama Clara dari Tiara disaat mereka baru menjadi sepasang sahabat karib.

            “Aku tidak mau kamu menggantinya.Pena itu berharga bagiku.” Clara memarahi Tiara.”Selama pena itu tidak ketemu,selama itu aku tidak mau bertemu denganmu.” Marah Clara. Meja dihentak,sehingga Tiara terkejut. Clara yang mukanya kemerahan,makin merah saat dia marah. Tiara dengan sedih dan terkejut hanya diam lalu pergi dari situ. Clara tau,Tiara sedih mendengar kata-kata itu. Clara tidak berniat melukai perasaan Tiara,tetapi dia terlalu marah dan tanpa dia sedari,mutiara jernih membasahi pipi Tiara.

            “Sudah beberapa hari Tiara tidak masuk sekolah.Apakah dia sakit? Apa yang terjadi ya?” pikir Clara dalam hati. Benak fikirannya diganggu oleh seribu satu pertanyaan.”Ahh..! Aku harus kerumah Tiara” Clara berbisik di dalam hati. Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan. Dia takut Tiara tidak menerimanya sebagai sahabat lagi. Tiba-tiba telepon rumah Clara berdering.”Ring,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing ” Ibu Clara yang menjawab panggilan itu.”Ra,,Clara??Cepat ganti baju!,kita pergi ke rumah Tiara ada sesuatu yang terjadi.Kakak Tiara telpon,suruh kita pergi rumahnya sekarang juga” Suara ibu Clara tergesa-gesa menyuruh anak daranya cepat bersiap. Tiba-tiba jantung Clara bergerak laju. Tak pernah dia merasa begitu. Dia merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan. “Ya Tuhan,tenangkanlah hatiku. Apapun yang terjadi, aku tahu ini semua ujianmu. Ku mohon jauhilah segala perkara yang tidak baik,selamatkanlah sahabatku.” Doa Clara sepanjang jalan menuju rumah Tiara.


            Ketika mereka tiba,rumah Tiara penuh dengan sanak keluarga. Clara langsung menuju Ibu Tiara.Bersalaman dengan ibunya dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi. Ibu Tiara dengan nada sedih memberitahu Clara bahwa Tiara dilanggar mobil sewaktu menyeberang jalan dekat dengan sekolahnya.
”Dia memang tidak enak badan,tapi dia ngotot pergi ke sekolah,katanya mau bertemu denganmu.Tapi niatnya tidak kesampaian,sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya,kak Heni menemukan suarat digenggaman tangan Tiara.” terisak-isak suara ibu Tiara menceritakan kepada Clara sambil memberikan surat yang ingin sekali diberikan Tiara kepada sahabat karibnya,Clara. Di dalam ampol merah muda itu,terdapat pena Clara yang hilang dan beberapa bait tulisan tangan Tiara.

Dear Clara,

Aku minta maaf udah buat kamu marah karna pena kesukaanmu yang hilang.Sehabis kamu memarahiku,aku langsung pulang dan mencari penamu ujan-ujanan.Aku udah cari disudut-sudut rumah,tapi ngak ketemu,aku coba ingat lagi dan aku ingat penamu tertinggal di Lab Ipa.Karena demam,aku nyuruh Siti cari penamu di Lab dan memberikannya kepadaku biar aku memberikannya ke kamu,sekalian minta maaf.Terima kasih kerana telah menghargai pemberianku dan persahabatan yang terjalin selama setahun ini.Terimakasih telah mengajariku tentang arti penting persahabatan.

Love,Tiara.

            Kelopak mata Clara dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya. Kalau ada satu kesempatan,Dia ingin memeluk tubuh Tiara dan meminta maaf padanya atas semua keegoisannya yang lebih mementingkan pena dari pada sahabatnya itu,namun apa daya semua telah terjadi tidak dapat terulang lagi. Mayat Tiara masih di rumah sakit.Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Clara dari lamunannya. Barulah dia sadar bahwa Dia hanya mengenang kisah tragis.Persahabatan lebih berharga dari pena. Clara benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji tidak akan mengulang kembali peristiwa tersebut.

Semenjak saat itu,Clara sering datang ke kuburan Tiara untuk membacakan doa dan menabur bunga.Tak jarang ia pun sering mengajak ngobrol dan mencurahkan isi hatinya dipusara sahabatnya itu. Didalam doanya ia selalu bertanya,”Tuhan,Apakah Dia memaafkan aku,atas semua kesalahan dan keegoisan yang aku perbuat untuknya?”
Sampai sekarang,Clara masih ingat akan peristiwa yang tidak terlupakannya itu.Ia sering menangis seorang diri,mengingat kembali masa-masa indahnya bersama Tiara.

Penulis : Lorensius Alfian

Antara Sahabat dan Pena


Antara Sahabat dan Pena

Clara,teringat  kembali dengan sebuah nama.Tiara. Manis nama itu, semanis orangnya.Dialah teman karib Clara yang selalu diingatannya. Sudah lama mereka saling kenal.Pahit-manis persahabatan mereka lalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan.Clara kehilangan sahabat karibnya.

            Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu.Waktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Clara sedang memarahi Tiara kerana mengambil pena kesukaannya tanpa seizin dan menghilangkannya.

            Jika Clara menanyakan pena tersebut, Tiara hanya menjawab bahwa dia akan segera menggantinya. Namun Indra menolak. Karen pena itu adalah hadiah pertama Clara dari Tiara disaat mereka baru menjadi sepasang sahabat karib.

            “Aku tidak mau kamu menggantinya.Pena itu berharga bagiku.” Clara memarahi Tiara.”Selama pena itu tidak ketemu,selama itu aku tidak mau bertemu denganmu.” Marah Clara. Meja dihentak,sehingga Tiara terkejut. Clara yang mukanya kemerahan,makin merah saat dia marah. Tiara dengan sedih dan terkejut hanya diam lalu pergi dari situ. Clara tau,Tiara sedih mendengar kata-kata itu. Clara tidak berniat melukai perasaan Tiara,tetapi dia terlalu marah dan tanpa dia sedari,mutiara jernih membasahi pipi Tiara.

            “Sudah beberapa hari Tiara tidak masuk sekolah.Apakah dia sakit? Apa yang terjadi ya?” pikir Clara dalam hati. Benak fikirannya diganggu oleh seribu satu pertanyaan.”Ahh..! Aku harus kerumah Tiara” Clara berbisik di dalam hati. Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan. Dia takut Tiara tidak menerimanya sebagai sahabat lagi. Tiba-tiba telepon rumah Clara berdering.”Ring,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing ” Ibu Clara yang menjawab panggilan itu.”Ra,,Clara??Cepat ganti baju!,kita pergi ke rumah Tiara ada sesuatu yang terjadi.Kakak Tiara telpon,suruh kita pergi rumahnya sekarang juga” Suara ibu Clara tergesa-gesa menyuruh anak daranya cepat bersiap. Tiba-tiba jantung Clara bergerak laju. Tak pernah dia merasa begitu. Dia merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan. “Ya Tuhan,tenangkanlah hatiku. Apapun yang terjadi, aku tahu ini semua ujianmu. Ku mohon jauhilah segala perkara yang tidak baik,selamatkanlah sahabatku.” Doa Clara sepanjang jalan menuju rumah Tiara.


            Ketika mereka tiba,rumah Tiara penuh dengan sanak keluarga. Clara langsung menuju Ibu Tiara.Bersalaman dengan ibunya dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi. Ibu Tiara dengan nada sedih memberitahu Clara bahwa Tiara dilanggar mobil sewaktu menyeberang jalan dekat dengan sekolahnya.
”Dia memang tidak enak badan,tapi dia ngotot pergi ke sekolah,katanya mau bertemu denganmu.Tapi niatnya tidak kesampaian,sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya,kak Heni menemukan suarat digenggaman tangan Tiara.” terisak-isak suara ibu Tiara menceritakan kepada Clara sambil memberikan surat yang ingin sekali diberikan Tiara kepada sahabat karibnya,Clara. Di dalam ampol merah muda itu,terdapat pena Clara yang hilang dan beberapa bait tulisan tangan Tiara.

Dear Clara,

Aku minta maaf udah buat kamu marah karna pena kesukaanmu yang hilang.Sehabis kamu memarahiku,aku langsung pulang dan mencari penamu ujan-ujanan.Aku udah cari disudut-sudut rumah,tapi ngak ketemu,aku coba ingat lagi dan aku ingat penamu tertinggal di Lab Ipa.Karena demam,aku nyuruh Siti cari penamu di Lab dan memberikannya kepadaku biar aku memberikannya ke kamu,sekalian minta maaf.Terima kasih kerana telah menghargai pemberianku dan persahabatan yang terjalin selama setahun ini.Terimakasih telah mengajariku tentang arti penting persahabatan.

Love,Tiara.

            Kelopak mata Clara dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya. Kalau ada satu kesempatan,Dia ingin memeluk tubuh Tiara dan meminta maaf padanya atas semua keegoisannya yang lebih mementingkan pena dari pada sahabatnya itu,namun apa daya semua telah terjadi tidak dapat terulang lagi. Mayat Tiara masih di rumah sakit.Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Clara dari lamunannya. Barulah dia sadar bahwa Dia hanya mengenang kisah tragis.Persahabatan lebih berharga dari pena. Clara benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji tidak akan mengulang kembali peristiwa tersebut.

Semenjak saat itu,Clara sering datang ke kuburan Tiara untuk membacakan doa dan menabur bunga.Tak jarang ia pun sering mengajak ngobrol dan mencurahkan isi hatinya dipusara sahabatnya itu. Didalam doanya ia selalu bertanya,”Tuhan,Apakah Dia memaafkan aku,atas semua kesalahan dan keegoisan yang aku perbuat untuknya?”
Sampai sekarang,Clara masih ingat akan peristiwa yang tidak terlupakannya itu.Ia sering menangis seorang diri,mengingat kembali masa-masa indahnya bersama Tiara.

Penulis : Lorensius Alfian