follow me

Jumat, 24 Agustus 2012

Cerpen - Antara Sahabat dan Pena


Antara Sahabat dan Pena

Clara,teringat  kembali dengan sebuah nama.Tiara. Manis nama itu, semanis orangnya.Dialah teman karib Clara yang selalu diingatannya. Sudah lama mereka saling kenal.Pahit-manis persahabatan mereka lalui bersama. Tetapi semua itu hanya tinggal kenangan.Clara kehilangan sahabat karibnya.

            Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu.Waktu itu mereka sedang berada di kantin sekolah. Clara sedang memarahi Tiara kerana mengambil pena kesukaannya tanpa seizin dan menghilangkannya.

            Jika Clara menanyakan pena tersebut, Tiara hanya menjawab bahwa dia akan segera menggantinya. Namun Indra menolak. Karen pena itu adalah hadiah pertama Clara dari Tiara disaat mereka baru menjadi sepasang sahabat karib.

            “Aku tidak mau kamu menggantinya.Pena itu berharga bagiku.” Clara memarahi Tiara.”Selama pena itu tidak ketemu,selama itu aku tidak mau bertemu denganmu.” Marah Clara. Meja dihentak,sehingga Tiara terkejut. Clara yang mukanya kemerahan,makin merah saat dia marah. Tiara dengan sedih dan terkejut hanya diam lalu pergi dari situ. Clara tau,Tiara sedih mendengar kata-kata itu. Clara tidak berniat melukai perasaan Tiara,tetapi dia terlalu marah dan tanpa dia sedari,mutiara jernih membasahi pipi Tiara.

            “Sudah beberapa hari Tiara tidak masuk sekolah.Apakah dia sakit? Apa yang terjadi ya?” pikir Clara dalam hati. Benak fikirannya diganggu oleh seribu satu pertanyaan.”Ahh..! Aku harus kerumah Tiara” Clara berbisik di dalam hati. Tetapi niatnya berhenti di situ. Dia merasa segan. Dia takut Tiara tidak menerimanya sebagai sahabat lagi. Tiba-tiba telepon rumah Clara berdering.”Ring,riiiiiiiing,riiiiiiiiing,riiiiiiiing ” Ibu Clara yang menjawab panggilan itu.”Ra,,Clara??Cepat ganti baju!,kita pergi ke rumah Tiara ada sesuatu yang terjadi.Kakak Tiara telpon,suruh kita pergi rumahnya sekarang juga” Suara ibu Clara tergesa-gesa menyuruh anak daranya cepat bersiap. Tiba-tiba jantung Clara bergerak laju. Tak pernah dia merasa begitu. Dia merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan. “Ya Tuhan,tenangkanlah hatiku. Apapun yang terjadi, aku tahu ini semua ujianmu. Ku mohon jauhilah segala perkara yang tidak baik,selamatkanlah sahabatku.” Doa Clara sepanjang jalan menuju rumah Tiara.


            Ketika mereka tiba,rumah Tiara penuh dengan sanak keluarga. Clara langsung menuju Ibu Tiara.Bersalaman dengan ibunya dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi. Ibu Tiara dengan nada sedih memberitahu Clara bahwa Tiara dilanggar mobil sewaktu menyeberang jalan dekat dengan sekolahnya.
”Dia memang tidak enak badan,tapi dia ngotot pergi ke sekolah,katanya mau bertemu denganmu.Tapi niatnya tidak kesampaian,sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya,kak Heni menemukan suarat digenggaman tangan Tiara.” terisak-isak suara ibu Tiara menceritakan kepada Clara sambil memberikan surat yang ingin sekali diberikan Tiara kepada sahabat karibnya,Clara. Di dalam ampol merah muda itu,terdapat pena Clara yang hilang dan beberapa bait tulisan tangan Tiara.

Dear Clara,

Aku minta maaf udah buat kamu marah karna pena kesukaanmu yang hilang.Sehabis kamu memarahiku,aku langsung pulang dan mencari penamu ujan-ujanan.Aku udah cari disudut-sudut rumah,tapi ngak ketemu,aku coba ingat lagi dan aku ingat penamu tertinggal di Lab Ipa.Karena demam,aku nyuruh Siti cari penamu di Lab dan memberikannya kepadaku biar aku memberikannya ke kamu,sekalian minta maaf.Terima kasih kerana telah menghargai pemberianku dan persahabatan yang terjalin selama setahun ini.Terimakasih telah mengajariku tentang arti penting persahabatan.

Love,Tiara.

            Kelopak mata Clara dipenuhi mutiara jernih yang akhirnya jatuh berlinangan dengan derasnya. Kalau ada satu kesempatan,Dia ingin memeluk tubuh Tiara dan meminta maaf padanya atas semua keegoisannya yang lebih mementingkan pena dari pada sahabatnya itu,namun apa daya semua telah terjadi tidak dapat terulang lagi. Mayat Tiara masih di rumah sakit.Tiba-tiba dentuman guruh mengejutkan Clara dari lamunannya. Barulah dia sadar bahwa Dia hanya mengenang kisah tragis.Persahabatan lebih berharga dari pena. Clara benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Dia berjanji tidak akan mengulang kembali peristiwa tersebut.

Semenjak saat itu,Clara sering datang ke kuburan Tiara untuk membacakan doa dan menabur bunga.Tak jarang ia pun sering mengajak ngobrol dan mencurahkan isi hatinya dipusara sahabatnya itu. Didalam doanya ia selalu bertanya,”Tuhan,Apakah Dia memaafkan aku,atas semua kesalahan dan keegoisan yang aku perbuat untuknya?”
Sampai sekarang,Clara masih ingat akan peristiwa yang tidak terlupakannya itu.Ia sering menangis seorang diri,mengingat kembali masa-masa indahnya bersama Tiara.

Penulis : Lorensius Alfian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar