follow me

Jumat, 24 Agustus 2012

Cerpen - Maafkan Aku


Maafkan Aku (Sengaja)
Oleh : Fitri
Sudah hampir melewati tahun ke-empat, sejak Levina putus dengan Dewa, namun keakraban yang masih terjalin di antara keduanya nyaris membuat Levina tak pernah merasakan kesendirian setelah berpisah dari Dewa. Bisa dibilang mereka memang putus secara lisan, namun secara fisik tidak. Antara Levina dan Dewa masih terjalin komunikasi dan mereka sering jalan bersama.
Kata orang hubungan seperti ini rawan CLBK (cinta lama bersemi kembali). Tapi dulu Dewa pernah bilang bahwa dia penganut paham ANTI “teklek kecebur kalen” yang artinya daripada nyari pacar baru mending balikan sama mantan. Intinya, Dewa anti balikan lagi sama mantan. Kalo begitu berarti Teman tapi mesra dong..? Auk ah gelap! Levina tak mau ambil pusing, apalagi saat ini dia pun sudah punya pacar baru, namanya Edho.
Dewa tau kalo Levina sudah punya pacar baru. Levina sendiri yang bilang begitu kepadanya. Namun entah mengapa ia merasa belum siap jika harus kehilangan kebersamaan dengan Levina.
” Akh, lagian Vina sendiri juga mau aja diajak jalan”, batin Dewa menghibur rasa bersalah yang tiba-tiba terbersit.
Hanya Edho saja rupanya yang tidak tau bahwa pacarnya yang cantik itu masih kerap jalan dengan sang mantan. Maklumlah, dia berada di luar kota karena mendapat beasiswa untuk kuliah di Universitas Negeri di Jakarta. Sedangkan Vina dan Dewa keduanya tetap kuliah di kota asal, Yogyakarta.
” Ini kan bukan cinta segitiga. Aku sama Dewa cuma temenan kok. Memangnya salah…??”, kata Levina pada sahabatnya, Ayu yang sedang menanyakan perihal kedekatannya dengan Dewa
” Iyaa.. salah”, jawan Ayu hati-hati takut menyinggung sahabatnya.
” Tapi aku sama Dewa itu nggak pernah ngomongin perasaan. Dia juga tau kok aku punya pacar”, kata Vina lagi. Dalam hatinya dia mulai ragu, apakah memang yang di katakan Ayu benar adanya.
” Hmm.. Coba gimana kalo keadaannya dibalik aja. Gimana kalo ternyata diam-diam selama ini Edho jalan sama mantannya juga. Kamu terima? ” sambung Ayu lagi. Vina menggeleng.
” Enggaklah.. Aku nggak mau” jawabnya pelan.
Sejak percakapan itu hati Levina makin tak karuan. Dia terus bertanya pada diri sendiri apakah sebaiknya tetap akrab dengan Dewa ataukah membatasi diri karena dia sudah menjadi milik Edho. Vina cinta sama Edho, tapi dia juga sayang sama Dewa. Apalagi keluarga Dewa juga sudah dekat dengannya. Rasanya nggak enak jika ia menolak ajakan Dewa untuk jalan bareng, apalagi Vina sendiri juga merasa aman bersama Dewa.
Kadang dia bertanya-tanya apakah Dewa masih mencintainya. Dewa orangnya sangat tertutup.sewaktu pacaran dulu saja, ia sangat jarang mengumbar kata cinta. Apalagi sekarang. Vina juga malu jika harus menanyakan langsung perasaan Dewa kepadanya. Takut dikira ke GR-an.
” Kamu sering jalan-jalan juga sama pacarmu? ” tanya Dewa suatu sore saat mereka makan bersama di sebuah foodcourt./p>
” Iya, sering. Hobi kami sama, wisata kuliner” jawab Levina dengan mata berbinar-binar. Sekilas rasa rindu pada Edho merasuk di dada.
” Kamu suka sama dia..? ” tanya Dewa. Hmm.. Sebuah pertanyaan yang aneh untuk dipertanyakan. Namun Vina mengangguk pelan.
” Dia butuh aku..” katanya kemudian
” Maksudmu..? ” tanya Dewa
” Dia pernah bilang butuh aku. Kadang kami menangis bersama saat melewati masa yang berat. Dia nggak sekuat kamu. Aku yakin kalo kamu bisa melewati apapun tanpa aku..
Dewa menatap dalam ke arah Vina. Entah apa yang dipikirkannya. Akh, Vina.. Engkau kan tau Dewa bukan pria yang pandai merangkai kata.
” Kamu aja yang nggak tau, Vin…” kata Dewa.
Vina hanya diam, enggan menanyakan apa maksudnya. Tiba-tiba ia merasa nggak nyaman pembicaraan telah berubah jadi serius.
Oh Tuhan, semoga aku nggak salah mengambil keputusan, doa Levina dalam hati.
###
September datang. Vina telah memutuskan jauh-jauh hari untuk mengunjungi Edho di bulan ini. Bulan september ini mereka akan merayakan berdua hari jadian yang ke-tiga tahun. Tak terbayang oleh Vina betapa senangnya ia akan segera bertemu Edho. Kini, harapan itu hampir nyata. Edho akan segera menjemputnya di bandara.
Tak lama dilihatnya sosok yang begitu dirindunya, Edho yang rapi yang senantiasa berkemeja dan wangi. Duh, Vina segera berlari memeluknya. Ada kerinduan yang membuncah. Edho pun terlihat begitu senang dapat bertemu lagi dengan Levina. Tangan kekarnya memeluk tubuh Vina dan lalu menggandengnya hingga ke parkiran
” Met hari jadian ya..” kata Vina manja.
” Iya , moga kita awet ya, selamanya saling cinta” balas Edho.
” Aku sudah menyiapkan makan malam buat acara kita ini, kuharap kamu akan suka” kata Edho. Vina tersenyum manis. Ya, saat ini apapun pasti dia suka, asalkan bisa bersama Edho.
Bip! Bip! Vina melihat ponselnya. Suara alarm. Dia lupa ternyata pernah mensetting sebuah agenda di hari bersejarahnya ini. Tulisannya cukup kecil di ponsel Vina tapi cukup jelas terbaca ” Ultahnya Dewa”. Rupanya keceriaan hari ini sampai-sampai membuat Vina lupa bahwa Dewa juga ulangtahun di hari yang sama dengan hari jadiannya bersama Edho. Hanya sebuah kebetulan hari jadi itu sama, kadang malah Vina merasa itu menguntungkan dirinya. Sehingga tak pernah terlewatkan memberi ucapan ultah pada Dewa.
Alarm ini menyelamatkan Vina yang hampir terlupa hari ultah Dewa. Di bukanya pesan baru dan menuliskan beberapa kata ucapan ultah untuk Dewa.
” Dari siapa, Vin..?” tanya Edho mengagetkan Vina.
” Oh, cuma alarm agenda kok “
” Memang ada acara lain, Vin kok pake di alarm segala”, tanya Edho menyelidik
” Akh enggak. Ini.. Ini.. Alarm hari jadi kita..”
jawab Vina, asal. Edho tersenyum.
###
Akhirnya Vina membatalkan mengirim ucapan ultah untuk Dewa. Dan ini pertama kalinya sejak mengenal Dewa, Vina melewatkan ucapan ultah pada Dewa. Selain hari itu dia seharian bersama Edho, di satu sisi kata hati Vina mulai merasa bersalah masih begitu perhatian pada Dewa padahal sudah ada Edho di sisinya. Dia pun pasti nggak suka jika tau semisal Edho masih ingat hari ultah mantannya, apalagi sampai memberi ucapan selamat segala.
” Maafkan aku ya Dewa, sengaja lupa hari ultahmu” kata Vina dalam hati.
###
Dua hari kemudian Vina kembali ke Yogja. Tak menunggu lama, malamnya Dewa datang.
” Met ulangtahun ya, Dewa..” sambut Vina. Dewa diam saja, wajahnya nampak serius.
” Kamu nggak ngucapin di hari ultahku. Nomerku hilang..?” tanya Dewa datar
” Ada kok nomermu. Tapi aku memang nggak ngucapin. Yang penting kan sekarang juga udah ngucapin” jawab Levina polos.
Dewa nggak lama berkunjung malam itu. Dia berpamitan. Ada yang beda di raut wajahnya, seperti marah atau benci? Akh, Vina berusaha tak berburuk sangka. dia sudah lama kenal sama Dewa. Nggak mungkinlah hanya karena (sengaja) lupa memberi ucapan selamat ultah, dewa akan marah.
Tapi sejak hari itu Dewa tak pernah datang lagi ke rumah Vina maupun dalam hidup Vina. Bahkan telponnya pun tulalit tiap Vina coba menghubungi.
” Aku ganti nomer.. ” jawab Dewa singkat saat Vina menanyakannya dengan berkunjung ke rumah Dewa.
” Berapa?”
” 081914677***”
” Oke aku save ya”
Setibanya dirumah, Vina langsung menghubungi nomer baru Dewa, dan ternyata tetap tulalit. tiba-tiba Vina merasa sangat sedih, ia sadar Dewa sengaja menjauhinya. Dewa telah memberinya nomer palsu.
” Ya Tuhan, kenapa jadi begini. Seandainya aku tau betapa pentingnya ucapan ultah itu bagi Dewa. Tapi Dewa.. Kenapa juga kamu berpikiran begitu sempit menganggap ucapan itu adalah jawaban akhir atas apapun prasangkamu. Harusnya kamu lebih bisa mengutarakan semua yang kamu rasa…” tak terasa air mata mengalir di pipi Vina. Sama sekali ia tak menduga hubungan baik yang telah terjalin beberapa tahun ini harus
berakhir hanya karena ia (sengaja) lupa mengucapkan selamat ulang tahun.
###
” Happy Birthday, September! “

s� o �2� (�� ansi-language:FR-LU'>Mila pun pergi mengantar ibunya. Saat dimakam ayahnya, ibunya berdo'a hening untuk cinta matinya. Dan tak disangka-sangka Mila melihat ayahnya menggunakn peci berdiri di dekat ibunya. Masih selalu tampan. Dan Mila pun menangis. Ayahnya berkata
“hapus air matamu sebelum ibumu tau”. Aku akan slalu ada,sayang. Jadi.. Berjanjilah untuk tidak menangis lagi. Tatap masa depanmu sebesar kepercayaanmu akan Tuhan. Tuhan mncintaimu, anaku. Sangat cinta. Jika kau belum mengerti, tunggu beberapa tahun lagi. Kebahagiaanmu akan abadi.”
“bisakah kebahagiaan itu datang tanpa seorang ayah, ayah?”, balas Mila menundukan kepala.
“Aku berjanji akan selalu bersamamu, sayang. Meskipun tak beraga. Tapi aku berjanji... Agar abadi itu menjadi nyata” jawab ayahnya dengan senyuman dan langsung menghilang.


END
Karya : Lorensius Alfian Syarai

n lang L �2� (�� nt-size:12.0pt;font-family:"Times New Roman","serif"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";mso-ansi-language:DE-LU'> 
"Kamu jahat!! Aku gak suka dipanggil bohay!"
"Laa emang kenyataannya kan?"
"aaaa Fian" tampak masih seperti yang dulu.

Nabila yang tampak tak berubah, Nabila yang tetap dengan kesendirian. Walaupun dia sudah ada yang punya. Andai saja aku bisa menemaninya. Pergi mengitari kota ini berdua. Pasti indah rasanya.

Entah, mengapa bisa terlintas dalam bayanganku untuk memilikinya lagi??  seperempat hatiku masih tertinggal disana. Dan aku tak tahu, apakah hatiku itu kembali utuh kembali lagi dan akan kuberikan kepada wanita lain atau apa?? Aku juga tak tahu..

Seandainya mimpi itu lebih dulu datang ketimbang suamimu, mungkin aku sudah memiliki baby yang lucu untuk kau timang setiap hari..

Hahh

"Rajin-rajinin Sekolah Tu, supaya gak rugi Bapak nyekolahin kamu. Masalah cewek gampang. Yang penting kamu Rajin Sekolah, dapet kerjaan, kamu pasti bakalan dicari sama cewek-cewek. Buktikan itu!!"


Hanya itu yang terlintas dalam benakku saat ini..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar