follow me

Jumat, 03 Agustus 2012

Cerpen - Perkemahan Terakhir Nayla


Perkemahan Terakhir Nayla

            Aku berdiri di samping makam Nayla, sahabat terbaikku sejak sekolah menengah pertama. Dia cewe’ berparas cantik, berwawasan luas, lucu, dan cepat bergaul. Aku tidak menyangka, dia lebih dahulu dipanggil Tuhan ke Surga.

Aku selalu ingat saat-saat bahagia bersamanya, kenangan itu sangat banyak terutama perkemahan terakhirku dengannya. Beberapa bulan yang lalu, sekolah kami mengadakan Perkemahan di daerah Bumi Perkemahan. Tentu saja seluruh siswa antusias terutama Nayla, dia adalah cewe’ paling bersemangat yang pernah aku temui. Diperkemahan itu, kami bertemu Kak Rico, dia kakak pembina pramuka yang ikut membimbing acara perkemahan. Kak Rico meamang tampan dan berwibawa, sejak awal bertemu, aku sudah jatuh hati kepadanya. Kak Rico pun selalu bersama aku dan Nayla. Aku selalu bercerita tentang Kak Rico pada Nayla dan Nayla selalu memberiku saran yang baik. Nayla tahu apa yang membuat aku senang, dia menghiburku saat aku sedih, dan dia seperti ragaku ketika aku tak kuat menghadapi cobaan.

Tiga hari perkemahan telah berlalu dengan bahagia sampai akhirnya kejadian itu terjadi. Kak Rico mengajak Nayla jalan-jalan di hutan dan aku mengizinkannya mengingat aku masih memasak. Diperkemahan, tanpa Nayla, aku dan teman sekelasku bernyanyi dan bermain tebak kata. Tiba-tiba Kak Rico datang menggendong Nayla, ada apa dengan Nayla?
“Kak, Nay kenapa?” tanyaku kaget.
“Nayla kesandung batu terus jatuh.” Jawab Kak Ricoo.
“Masa’ kesandung batu sampe mimisan Kak, pasti ada yang lain.” Jawabku dan Kak Rico hanya menggeleng tanda tak tahu.
Nayla segera mendapat pertolongan pertama dan aku selalu di sampingnya. 
Meskipun dia sakit, dia tetap tersenyum dan selalu berusaha membuatku bahagia. Sebenarnya aku sudah penasaran, mana mungkin Nayla mimisan hanya karena jatuh. Apakah Nayla sakit? Namun aku hanya mengubur pertanyaan bodoh ini sedalam mungkin.

Sejak saat itu, aku tidak membiarkan Nayla pergi tanpa aku, aku selalu khawatir terhadapnya. Bahkan ketika mandi di sungai, aku selalu mengantarnya. Dia pernah berkata padaku, “Caca, kamu itu sahabat terbaikku, aku gak mau kamu sedih, jadi tolong kamu berjanji jika suatu hari nanti kita berpisah jangan tangisi aku karena kesedihanmu, tapi pancarkan senyummu karena aku bisa abadi bersama cintamu, Sahabatku.” Aku hanya nyengir ketika dia bilang itu padaku.

Di malam terakhir di perkemahan, kami mengadakan pesta api unggun. Senang rasanya bisa menikmati malam dengan teman-teman yang aku sayangi, terutama Nayla dan Kak Riko. Aku, Nayla, dan Kak Rico duduk bersama di dekat api unggun sambil bercerita tentang kegiatan kami di sekolah. Di tengah kehangatan itu, aku ingat, aku meninggalkan handphone di tenda dan aku mengambilnya sekaligus pergi ke sungai untuk cuci muka.

Ketika aku kembali ke perkemahan, aku melihat Kak Rico dan Nayla berpegangan tangan lalu berpelukan dan aku tepat di belakang Nayla, sahabatku. Entah apa yang aku pikirkan, aku sungguh kecewa dengan Nayla, air mataku menetes melihat sahabatku berkhianat. Aku berlari menuju tenda.
“Ca, ini gak seperti yang kamu bayangkan, aku gak suka sama Kak Rico. Aku juga gak bakalan nerima Kak Rico karena kamu yang pantas untuk dia Ca, bukan aku.” Teriak Nayla menarik tanganku.
“Udah Nay, kamu ambil aja Kak Rico, aku kira kamu sahabat sejatiku Nay, ternyata kamu cuma serigala berbulu domba !” aku pergi meninggalkan Nayla. Aku nggak nyangka kalau Nayla setega itu merebut Kak Rico. Apa dia gak mikirin perasaanku? Kamu sahabatku Nay, teganya kamu ngerusak hati aku.

Semenjak malam itu, aku tak pernah bersama Nayla, bahkan aku tidak mau menemukan wajahnya lagi dimataku. Aku terlalu sakit hati terhadapnya. Sungguh dia sahabat yang berkhianat. Aku benci dia.
Suatu hari, Kak Jojo menemuiku.Dia memberikan sebuah surat padaku.
“Ca, aku telah banyak melihat perjuangan Nayla, dia sangat menyanyangimu melebihi dirinya sendiri. Dia selalu ingin kamu bahagia. Bahkan dia menolakku karena kamu suka padaku. Tolong anggap dia sebagai sahabatmu lagi Ca. Kamu tentu ingin dia tenang bersama kenangan indah di surga bukan?” tanyanya.
“Apa maksudmu?” tanyaku.
“Aku tahu kamu juga sangat menyanginya.” Kata Kak Rico dan pergi.
Aku membuka amplop itu dan ada secarik kertas warna merah dan fotoku dengan Nayla saat pertama bertemu.

Dear my best friend forever, Caca

Sudah lama ya kita nggak bertemu, aku kangen banget sama kamu. Maaf, aku yang selama ini selalu menyusahkan kamu, bikin kamu sebel dan sedih, sebenarnya aku sangat menyangimu Ca. Kamu adalah sahabat terbaik di hidupku yang singkat ini.
Ca, dulu aku pernah memintamu berjanji untuk tidak menangis jika aku pergi untuk selamanya. Dan inilah saat yang tepat untukmu membuktikannya. Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu Ca, aku pergi untuk abadi bersama cintamu. Aku harap kamu menemukan pengganti diriku sebagai sahabat yang selalu menyayangimu. Terima kasih atas warna yang pernah kamu gores dihariku yang kelam. Dihariku yang penuh dengan darah dan perjuangan. Kamu adalah sahabat yang sangat aku cinta dalam hidup dan matiku.

Salam cinta, Nayla

            Aku menduga-duga apa yang terjadi dan aku pergi menuju rumah Nayla. Dan akhirnya aku diantar ke sini, ke tempat yang penuh dengan bunga kamboja. Aku tak percaya Nayla telah pergi selamanya karena leukimia. Aku tidak menyangka perkemahan itu adalah perkemahan terakhirku dengan Nayla. Sahabat macam apa aku ini, tak mengerti Nayla sedikitpun. Nayla, maafkan aku yang tak menemani disaat-saat terakhirmu di dunia. Nayla ingin aku tersenyum dan tak mau aku khawatir terhadapnya, tapi apa yang aku berikan pada Nayla, aku mencaci maki dia tanpa sebab. Aku memang sangat menyesal, tapi aku ingat kata Nayla, inilah waktuku untuk menepati janjiku pada Nayla, kesempatan terakhirku membahagian Nayla di surga, aku harus tetap tegar tanpa Nayla. Aku yakin Nayla akan bahagia di surga jika aku bersemangat dalam menjalani hidup ini. Dan cinta Nayla akan selalu menerangi jalanku dalam kebahagiaan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar