follow me

Selasa, 11 September 2012

Cerpen - Penasehat Cinta


“Penasehat Cinta”
Oleh : Lorensius Alfian
Matahari telah terbenam sejak sejam yang lalu, namun Vina belum juga beranjak dari tempat tidur untuk mandi. Dia malah asyik bersms-an dengan Deni, temannya. Deni adalah teman satu kelas Vina yang ternyata tertarik dengan Vina. Untungnya, Vina juga tertarik dengan Deni yang pandai bermain gitar dan memiliki senyum manis.
“ehh.. sibuk maen HaPe terus loe. Kapan mau latihan bandnya???” Tanya Dika teman Deni
“bentar lagi bales sms…” jawab Deni
“Siapa tu??si Vina??”
“Iya..eh menurut loe Vina orangnya gimana??”
“gimana apanya??”
“gue suka sama dia,tapi gue belum berani buat nembak dia,gimana ni?”
“menurut gue sih loe tembak aja,kalo diterima kan sukur,kalo ngak yam au gimana lagi?emang nasib loe..”
“sialan loe,kak.. tp Ide loe bagus juga..”
“Ntar kalo udah jadian,boleh donk traktir bakso?”
“sip dah..”
Deni pun mengikuti saran Dika yang merupakan kakak kelasnya sekaligus sepupunya yang begitu ramah. Dika memang tak sepandai Deni dalam urusan asmara, namun Dika sangat hebat dalam memberi saran kepada orang-orang yang lagi dilanda masalah asmara.
Tringg…
“wah..sms si Deni nih..”
Vina langsung membuka sms dari Deni dan segera membalasnya. Ternyata Deni mengajak Vina ketemua di taman dekat rumah Vina.
“ada apa, Den?”
“Gini,Vin..gue mau ngomong sesuatu..”
“ngomong apa??”
“e.. gue suka sama loe,loe mau gak jadi pacar gue??”
“gimana ya??”
“Gimana apa?? Ngak ya?”
“ntar aja aku jawabnya,sekarang aku lagi binggung..”
“hemm.. oke deh..”
Ternyata Vina belum memberi jawaban kepada Deni karena masih binggung. Akhirnya Vina pun meminta saran kepada Kak Dika yang cukup pandai menyelesaikan masalah seperti ini.
“Kak,gimana ya bilang ke Deni kalo aku juga suka sama dia? tapi kemaren aku ngakk jawab karna aku masih ragu dengan ketulusan yang Deni omongin..”
“Gini aja,Kakak kan juga temennya si Deni udah lama,jadi kakak tau sifat Deni. Deni memang baik orangnya,dan kakak rasa juga dia orangnya perhatian,sekarang terserah hati kamu aja,mau atau ngak?”
“ iya deh, Kak.. makasih yah sarannya..”
Vina pun menjawab apa yang diungkapkan Deni kepadanya dan mereka pun akhirnya resmi jadian.
            Setelah dua bulan Vina dan Deni pacaran, mereka mengalami masalah yang harus membuat hubungan mereka berakhir.
“ternyata kamu memang ngak bisa dipercaya..”
“Aku ngak ada apa apa sama si Selin..”
“ngak ada apa-apa?? Tapi koq kamu setiap malam minggu jalan terus sama dia, padahal kita pacaran, tapi kamu ngak pernah tuh ngajak aku jalan sekali pun..”
“ohh jadi cuman gara-gara ngak ngajak jalan??”
“Terserah kamu dech..aku capek bertengkar sama kamu..kamu tuh egois..”
“kamu yang egois..”
Setelah pertengkaran hebat tersebut, Vina langsung bertemu dengan Kak Dika meminta saran yang terbaik bagi hubungannya dengan Deni.
“Kak,aku udah ngak tahan lagi dengan sikap si Deni,dia terus bohong dan bohong..” Vina menceritakan masalahnya dengan Deni kepada Ka Dika sambil menangis.
“Udah lah.. memang dalam setiap hubungan pasti ada api-api permasalahan, tinggal kitanya aja yang hadapi, sekarang kakak tanya apa kamu masih sayang ama si Deni?”
“Aku masih sayang, kak Dia selama ini udah ada dan membuat aku percaya bahwa dia memang baik, tapi kepercayaan itu ilang, waktu aku tau dia sering jalan sama si Selin, sekarang yang ada malah rasa marah yang dalam sama dia..”
“Kalo itu bisa membuat kamu merasa lepas, kamu lakuin aja, mungkin memang itu akhir hubungan kalian..”
Vina lagi-lagi mengikuti saran Kak Dika untuk mengikuti kata hatinya yang ingin putus dengan Deni.
“Den,mungkin ini memang keputusan yang sangat berat, tapi mau apa lagi, mungkin ini memang akhir hubungan kita, aku mau kita udahan aja..”
Tanpa menjawab sepatah kata pun, Vina langsung meninggalkan Deni yang menyadari kesalahannya.
            Kini hari-hari Vina pun terasa sepi tanpa kehadiran Deni yang dulu selalu menghiburnya. Kini hari-hari Vina terasa berat untuk dilalui, terlebih saat dia mendengar kabar kalau Deni sudah jadian dengan Selin. Betapa sakit hati Vina mendengarnya.
            Untunglah ada Kak Dika yang selalu mencoba menghiburnya. Kak Dika tau bahwa Vina sangat sedih ketika dia mengakhiri hubungannya yang begitu singkat dengan Deni.
“Udahlah.. ngak ada yang gak pernah ngerasain sakitnya putus cinta, memang awalnya sakit tapi nanti ilang koq, dibawa santai aja. Jangan pikirin yang lama, dia aja bisa dapat yang baru, kenapa kamu ngak??”
“tapi Kak, berat rasanya buat ngehapus ingatan tentang dia. Dia selama ini udah baik sama aku..”
“Ya..memang, susah buat ngelupain,tapi kami harus move on,gak selamanya terpuruk dalam luka yang sama terus..”
Saran Kak Dika membuat Vina kembali semangat. Kini dia mulai bisa membuka mataya dan mulai Move On. Hari-harinya kini banyak dihabiskannya dengan teman-temannya dan juga Kak Dika. Namun tanpa disadari, Vina kini memiliki rasa kepada Kak Dika.
“kenapa bisa kaya gini?? Koq aku jadi suka sama kebaikan kak Dika?” pikir Vina dalam hati.
“Tapi,apa kak Dika juga suka sama aku?? Kak Dika kan cukup popular disekolah, banyak Kakak kelas cewek yang lain yang juga suka sama Kak Dika..” pikiran Vina jadi kacau memikirkan Kak Dika.
Di sekolah setiap jam istirahat, Vina selalu saja memperhatikan Kak Dika yang ada dikelas ujung. Memang, Kak Dika tidak setampan Deni sepupunya, namun kak Dika cukup manis bila ia tersenyum. Ntah apa gerangan yang dipikirkan Vina, dia berani untuk menelpon Kak Dika dan mengajaknya ketemuan disebuah kafe.
“Kamu ada masalah lagi??” tanya Kak Dika yang sudah tau kalo Vina menelpon mau ketemuan, pasti ada masalah.
“Nga koq kak.. aku cuman pengen jalan keluar aja sama Kak Dika..”
“ohh.. gitu.. ya udah,,kita pesen makanan duluya…”
Setelah mereka berdua selesai makan, Vina dengan berani bertanya ke kak Dika yang barus selesai meminum jus pesanannya.
“Menurut kakak,apa aku ini cantik??”
Kak Dika langsung terkejut mendengar perkataan Vina tersebut. Ternyata, Kak Dika juga menyimpan rasa terhadap Vina adik kelasnya itu.
“Iya kamu cantik.. Vin”
“Cantik,,apanya??”
“Ya..kamu cantik hatinya,kalau kamu mau menerima rasa sayang ku..”
“Apa?? Serius Kak?? Iya aku mau..”
Sambil tertawa mereka berdua berpandangan.
“Makasih kak,selama ini udah ada disampingku saat aku ada masalah, dan mau mengiburku dan membuatku Move on lagi”
“Itu aku lakuin karna aku ngak mau liat kamu terus-terusa tersiksa karna perasaan mu ke Deni, sementara dianya udah sama yang lain, aku gak mau liat wajah mu yang cantik itu ditutupi oleh kesedihan yang terus-menerus setiap hari”
“hehe.. makasih yah Kak..”

“Cinta tak harus karna dia itu baik dan tampan, namun karna dia itu peduli terhadap kita
Bukan Cinta yang membuat kita ada, tapi karna Kitalah yang harus membuat Cinta itu tetap ada…”
Lorensius Alfian

Jumat, 07 September 2012

Cerpen - Hanya 3 Bulan


Hanya 3 Bulan Saja
 oleh: Lorensius Alfian
“Bil, tunggu…!”, langkah Nabila langsung terhenti kala Bagas memanggilnya.
“Ada apa ?”
” Ini, buku latihanmu ketinggalan.”kata Bagas.
“Makasi” jawab Nabila sambil tersenyum
Bagas membalas senyumnya, senyum manis yang memberikan arti bahwa ia adalah sosok anak muda yang ramah dan baik hati.
Ya, dialah Bagas. Siswa SMA Yohanes  yang cukup populer. Ternyata Nabila telah memendam rasa yang cukup lama terhadap Bagas. Nabila dan Bagas memang sudah kenal sejak lama karena dari sekolah dasar sudah sekelas. Awalnya, tak ada kedekatan apapun di antara mereka, hingga suatu hari Bagas mengajak Nabila pulang bersama.
“Mau pulang sama aku nggak ?” Tanya Bagas sambil tersenyum. Senyum yang dapat membuat siapa saja melayang karnanya.
“Bole aja”, tanpa basa basi Nabila langsung mengiyakan ajakan itu. Dari sana, Nabia mulai dekat dengan Bagas. Dan akhirnya, saat itu pun tiba. Bagas meminta Nabila untuk menjadi pacarnya. Tak perlu banyak waktu untuk menjawab semua itu karna memang itulah mimpi Nabila sejak SMP.

Kini, hari-hari Nabila pun sudah ditemani oleh Bagas. Semua terasa sangat menyenangkan. Dan ternyata, itu hanya awalnya saja. Ketika hubungan mereka memasuki usia ke-3 bulan, saat itulah mimpi buruk datang.

“Bil, sini, aku mau ngomong sesuatu.”kata Bagas. Nabila langsung menelan ludah, tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. “Aku mau kita temenan aja.”lanjut Bagas.

Taaarr !!!!
Seakan ada ribuan cambuk yang mengenai hati Nabila. Ia langsung menitikkan air mata, tetapi segera dihapus tanpa sepengetahuan Bagas. Nabila tak ingin lemah di hadapan Bagas. Nabila hanya diam.

“Bil, maafin aku…”
 Nabila langsung berlari sejauh mungkin, tak peduli walau langit sedang menangis seakan tahu apa yang kini tengah dia rasakan. Nabila berlari di tengah derasnya hujan, tak ada tanda-tanda kalau Bagas akan mengejarnya. Biarlah, katanya dalam hati.

Keesokan harinya, tak sengaja Nabila bertemu Bagas di sebuah pusat perbelanjaan. Ia bersama seorang perempuan cantik, berkulit putih, manis, tinggi pula. Ideal sekali untuk ukuran seorang wanita sempurna. Oh Tuhan, ironis. Satu kata yang dapat mewakilkan keadaan Nabila saat ini setelah dia berusaha untuk mempertahankan semuanya. Kini, hancur sudah semuanya karena orang yang ia sayangi.

Nabila ingin menyematkan bintang di dahi Bagas, agar ia tahu betapa besar rasa sayang Nabila padanya. Namun semua itu hanya angan, karna kini Bagas bersama wanita lain yang dan tinggal lah Nabila sendiri dibawah derasnya hujan. Hanya 3 bulan hubungan mereka sudah berakhir, begitu singkat sampai kesan terindah pun belum sempat terucap.

END

Cerpen - Cinta Itu Terulang Kembali


Cinta Itu Terulang Kembali
Oleh : Lorensius Alfian
“Aku ingin jatuh cinta lagi!” ucap July lirih di depan cermin. Keinginan dan dorongan hatinya untuk jatuh cinta lagi begitu kuat seperti muntahan yang terus mendorong keluar dari dalam perut untuk menghilangkan rasa mual.
Saat ini, July sudah mempunyai seorang kekasih, namanya Agusto. Agusto yang mengikuti program IPA sangat baik dan pintar. Dia juga salah seorang murid kebanggaan sekolah. Agusto tidak seganteng Brad Pitt tapi cukup membuat para wanita didekatnya tak bisa tidur. Agusto bukan cowok berbadan atletis yang didamba setiap cewek untuk selalu berada dalam dekap hangatnya. Dia cenderung kurus tapi cukup membuat July merasa aman berada di dekatnya.
Agusto bukan cowok yang selalu memperhatikan penampilan dia adalah manusia cuek disekolah tapi cukup membuat July selalu merindunya. Agusto yang begitu sederhana dan yang apa adanya. July sangat menyayangi Agusto hingga saat ini.
***
“Kenapa sih?” tanya Agusto suatu hari. July mengerutkan dahinya tanda tak mengerti ucapan Agusto barusan.
“Kamu itu kenapa?” tanya Agusto lagi.
“Maksudnya?” July balik bertanya masih dengan tak mengerti maksudnya.
“Sebulan ini aku ngerasa kamu jadi aneh,” ucap Agusto.
“Apa aku seperti monster, sampai-sampai kamu menganggap aneh diriku ini?” July bertanya sambil bercanda. Tapi aneh, Agusto tak menanggapi seperti biasanya.
“Aku serius!” pandangan mata Agusto seperti memaksa meminta jawaban. Mereka terdiam sejenak. July ragu.
“Aku ingin jatuh cinta, Gus!” akhirnya keluar kata-kata itu dari mulut July setelah sebulan berusaha menyembunyikan hal ini dari Agusto. July merasanya lega sekali setelah mengucapkan kata-kata itu. Ia membayangkan reaksi Agusto, dia bakal kaget dan marah tapi ternyata tidak. Agusto diam saja. Hanya sedikit kaget terlihat dari air mukanya. Di saat seperti ini, keheningan sejenak menjadi teror sepi yang berkepanjangan.
“Jul, aku mencintaimu… sangat mencintaimu dan kamu tahu itu.” July menganggukkan kepalanya.
“Saat ini, kamu memang pacarku, milikku. Tapi, hatimu tetap milikmu sendiri. Kamu berhak menentukan langkahmu sendiri. Berhak menentukan siapa yang kamu cintai.”
“Kamu nggak ngerti aku Gus!”
“Aku ngerti. Sangat mengerti dengan keinginanmu. Jangan memaksakan diri bersamaku bila kamu tak menginginkannya,” Agusto beranjak pergi meninggalkan July.
Agusto tak mengerti apa yang dirasakan July. July hanya ingin sensasi jatuh cinta itu datang lagi padanya. Rasa berdebar-debar bila menunggu kedatangannya seperti ilalang di tanah lapang menanti sang hujan di musim kemarau. Bukan seperti rutinitas menunggu sang mentari muncul dari arah timur saat pagi hari.
July ingin rasa kangen begitu menyerangnya bila lama tak bertemu. July ingin rasa berbunga-bunga itu datang lagi saat senyuman manis dilemparkan ke arahnya. Saat ini, July hanya ingin jatuh cinta, itu saja. Apakah salah? Pikiran July terombang-ambing.
***
Hari ini July sengaja menunggu Agusto di depan ruang kelasnya. Wajah Agusto yang manis masih saja dirindukannya. Sedikit canggung memang setelah lama tak bertemu, tapi semuanya berjalan baik-baik saja.
“Sudah jatuh cinta lagi?” kalimat pertama yang meluncur dari mulut Agusto.
“Sudah, malah berkali-kali!” jawab July.
“Kamu sendiri gimana?” sambung July.
“Aku nggak tahu Jul, rasanya aku tidak bisa jatuh cinta lagi. Aku berusaha melupakan kamu tapi tak pernah bisa. Semakin aku berusaha melupakanmu, bayanganmu makin lekat. Jadi, sekarang kubiarkan bayanganmu merajai diriku tanpa berusaha menghilangkannya. Orang bilang waktu yang kelak akan menghapusnya. Tapi, aku juga masih meragukan apakah kelak waktu benar-benar bisa menghapusnya. Sampai saat ini, detik ini, aku masih sayang kamu Jul.” Kata-kata Agusto meluncur begitu saja seperti kereta api express yang tak pernah berhenti di stasiun-stasiun kecil. Tapi, nadanya makin melemah seperti orang yang sudah kehilangan harapan. Di sudut hati kecil July, ada rasa bahagia yang meletup-letup. Agusto masih sayang dengannya.
“Gus aku jatuh cinta padamu berkali-kali!”
“Benar Jul yang barusan kamu ucapkan? Kamu sedang tidak mempermainkan aku kan?” Agusto menggoyang-goyangkan bahu July, sepertinya Agusto tidak percaya dengan apa yang telah July ucapkan dan dia terus mengulang pertanyaannya.
July mengangguk. Bukankah cinta seperti ini yang diinginkan setiap orang? Jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama. Terlihat jelas rona bahagia di wajah Agusto, tapi bukan Agusto kalau dia tidak bisa menahannya. Tidak langsung memeluk July seperti yang biasa July lihat di film-film, tapi July tahu kalau Agusto benar-benar menyayanginya. July mencintai Agusto dengan segala kesederhanaannya.

Kamis, 06 September 2012

Cerpen - Meraih Mimpi ("Cewek Super")


Meraih Mimpi (Cewek Super)

oleh: Lorensius Alfian

Dia Eka. Cantik, manis, dan pintar. Andre terkadang merasa minder apabila berada di dekat Eka. Andre bisa dibilang beruntung sekali bisa dekat dan akrab dengan Eka. Meskipun Andre agak telmi tapi Eka tidak pernah bosan untuk memberikan nasehat-nasehat yang membuat Andre semangat dan bangkit kembali. Eka di mata Andre adalah sebagai guru sekaligus cewek ‘super’. Belum ada yang bisa menandingi Eka. Baru kali ini kayaknya Andre bisa menilai sosok cewek yang betul-betul baik dan sempurna. “Kau begitu sempurna di mataku kau begitu indah…..” begitu Andre menyanyikan lagunya Andra and The Backbone setiap Andre menghayalkan sosok Eka di kamarnya. Sampai tidak terasa sudah setahun persahabatan mereka berdua, tanpa disadari ada perubahan dalam diri Andre. Eka bukan saja sebagai teman. Tapi lebih dari itu. Entah darimana awalnya perasaan itu. Atau seringnya kebersamaan dapat menimbulkan cinta?

“Bisa juga begitu Ndre” kata Wily suatu ketika mereka bertemu, ”karena sering bertemu bisa menimbulkan cinta. Tapi apa kamu nggak takut kalau persahabatan kamu rusak gara-gara cinta?” Wily mencoba memberi pandangan.

“Iya juga tapi mau bagaimana lagi Wil? Cinta kan nggak bisa ditahan kapan mau datangnya?”

“Benar, Ndre, kamu tahu nggak? Cinta adalah api yang dingin. Siapa yang mendekatinya tidak akan terbakar tetapi tertangkap”

“Huu, omonganmu seperti profesor. Lagi encer, ya pikiran kamu?.”

“Iya dong, memangnya kamu, Ndre! Tahunya cuma pacaran doang. Nggak tahu makna sebenarnya apa itu cinta ”

“Halah Wil….ini juga kamu lagi kadang-kadang pinternya. Cuma gara-gara tadi makan bakso Malang aja, kan mangkanya pikiran kamu encer?”

“Hahaha….!” Keduanya tertawa bersama melepas kejenuhan.

Hari itu Andre merasa gelisah. Entah kenapa Eka begitu kuat melekat dalam pikirannya. Andre mencoba untuk bersikap biasa seperti hari-hari sebelumnya. Tetap tidak bisa juga. Sampai suatu ketika ada yang tidak beres terjadi pada Eka. Tadi dia menelpon Andre dan cerita panjang lebar tentang perlakuan Tony. Andre panas mendengarnya, Andre cemburu. Berani-beraninya Tony menggoda Eka. Menyakiti Eka. Dalam kamus Andre adalah jangan sampai Eka disakiti oleh siapapun.

“Kamu tenang ya, Ka” bujuk Andre kepada Eka. “Kamu gak usah terlalu sedih begitu. Kan masih ada aku”

“Iya, makasih Ndre” Terdengar isak tangisnya tersendat-sendat dari seberang sana. Andre semakin trenyuh mendengarnya.

Dimatikannya handphone. Dipikirkannya baik-baik cara membalas sakit hati Eka. Hmm….Andre sudah gelap mata. Tangannya mengepal keras. Dan benar keesokan harinya Eka mendengar kabar Tony sudah berada di rumah sakit. Mukanya babak belur, matanya bengkak, hidungnya berdarah dan masih banyak lagi. Tapi mengapa tiba-tiba Eka datang ke rumah Andre malah melabraknya habis-habisan. Eka marah besar kepada Andre.

“Pokoknya aku nggak mau menganggap kamu sahabat aku lagi. Aku nggak mau meliat kamu lagi, Ndre. Kamu jahat!” begitu ancaman Eka sambil meninggalkan Andre.

Andre bingung. Belum sempat Andre bertanya kenapa, Eka sudah pergi meninggalkan Andre. Aduh, ada apa dengan Eka? Kok tiba-tiba marah seperti itu. Tidak biasanya Eka semarah itu. Hancur sudah. Semua kenangan manis waktu bersama Eka musnah. Tidak ada lagi cewek ‘super’ dalam diri Andre. Tidak ada lagi cewek cantik sekaligus guru dalam diri Andre. Sampai-sampai Andre mendengar kabar Eka pacaran dengan Tony.

“Pantas saja Eka marah besar. Rupanya Eka nggak rela kalau Tony aku labrak?” bisik hati Andre.

Bertambah pilu hati Andre. Hilang harapannya untuk mendapatkan Eka. “Kenapa dulu tidak aku ungkapkan saja perasaan cintaku pada Eka?” Sekarang Andre sudah benar-benar merasa kehilangan. pegangan.

Sejak itu Andre menjadi banyak melamun. Apalagi ketika berpapasan dengan Eka di jalan pun Eka cuek saja. Seakan-akan tidak pernah mengenal Andre. Andre cuma bisa menatap Eka dari kejauhan. Tanpa bisa menggandeng lagi tangannya, tanpa bisa lagi bercanda dengan Eka.

Siang itu matahari begitu terik. Biasanya siang hari begini terasa begitu sejuk karena waktu itu berjalan bergandengan tangan bersama Eka. Sambil bercanda bersama sepanjang jalan. Terasa sekali Andre kini sendiri. Entah sampai kapan sendiri itu terus berlanjut.

Tiba-tiba Lamunan Andre buyar ketika di hadapannya telah hadir lima orang anak muda. Wajahnya sangar. Tubuhnya tinggi tegap.

“Heh, kamu Andre, ya?” tanya salah seorang dari mereka. Andre mengangguk. Belum sempat Andre bertanya apalagi berpikir wajahnya sudah dihajar. Bak ! Buk! Brak! Aduh! Auw!. Huh, five in one!. Tidak tanggung-tanggung lima lawan satu. Jelas sekali Andre sekarang yang babak belur. Masuk rumah sakit. Sepi. Sunyi. Dimana-mana serba putih termasuk perban di wajahnya. Kasihan Andre. Kini hanya bisa tergolek lemah tak berdaya. Cuma ada seseorang wanita yang rajin menemani Andre yaitu Ria. Teman sekelas Andre. Setiap waktu Ria yang selalu menemani Andre sambil membawa segala macam makanan dan buah-buahan. Cerita sana-sini untuk menghibur Andre.

Tiba-tiba timbul dalam hati Andre cewek super selain Eka. Betulkah Ria cewek super pengganti Eka? Ria yang selalu menemani Andre di saat Andre menderita, Ria yang selalu bercerita tentang mimpi-mimpi indah, tentang apa itu cinta. Ya, Ria yang telah menemukan Andre dalam keterasingan. Dalam ketakberdayaan. Dalam kesendirian.

“Makasih ya, kamu sudah menyempatkan waktu buat menemaniku” suara Andre lemah. Sambil menahan sakit di bibirnya yang pecah terkena bogem mentah lima pemuda tempo hari.

“Ah, nggak usah sentimentil begitu. Aku ikhlas kok. Bukan saja karena aku sayang kamu, tapi karena aku hanya ingin menjadi orang yang kamu butuhkan di saat apapun” suara Ria serak karena tertahan oleh air mata yang membasahi pipinya.

“Maafkan aku Ria, aku sudah tidak mempedulikan kamu selama ini?” kata Andre sambil menyeka air mata Ria dengan telapak tangannya.

“Tidak apa apa, Ndre. Aku menyadari itu. Kamu tidak mencintaiku”

Mata Andre basah. Dipandanginya Ria. “Dalam bening bola matamu, kau pandang aku, dalam putihnya hati kita, entah aku yang membutuhkanmu atau kamu yang mencintaiku?” hati Andre terus bergumam. Menilai-nilai apakah Ria telah hadir untuk mengusir kesepiannya, untuk mengisi relung hatinya yang paling dalam…?

Beruntung Andre cepat sembuh. Seperti biasa Andre berangkat ke sekolah namun tiba-tiba matanya menangkap dari kejauhan Tony dan komplotannya petentang-petenteng. Semakin angkuh sambil menggandeng Vania. “Cewek mana lagi tuh yang digandeng Tony?” Bisik hati Andre. Pikirannya langsung tertuju kepada Eka. jangan-jangan telah terjadi sesuatu terhadap Eka. Terus berkecamuk. Gelisah. Hingga jam istirahat Andre meminta ijin untuk pulang sekolah lebih cepat. Dan langsung ke rumah Eka.

Sampai disana benar juga telah terjadi sesuatu. Kelihatan Eka habis menangis. Matanya merah, basah oleh air mata.

“Tony sudah mutusin aku, Ndre” suara Eka sambil menangis. Andre sedih mendengarnya. “Aku terlalu bermimpi” kata Eka kembali. “Padahal aku nggak tahu cara-cara meraih mimpi. Dulu aku terlalu menaruh harapan-harapan manis kepada Tony, hingga aku tega melupakan kamu, Ndre. Sekarang aku menanggung akibatnya. Kamu dulu pernah memberikan pelajaran bagaimana caranya meraih mimpi tapi aku yang bodoh tidak mau menuruti kata-kata kamu. Sekarang pasti kamu nggak mau menerima aku lagi. Iya kan, Ndre?”

Andre kebingungan. Baru kali ini Andre melihat Eka menangis. “Ka, aku nggak pernah melihat matamu menangis saat kamu menatap angkuhnya dunia, bibirmu tak pernah berucap sesal saat kamu hadapi berjuta kegetiran. Namun sepenggal cinta telah mampu mengoyakkan indahnya matamu hingga kering airmata, sepenggal cinta telah mampu menggetarkan bibirmu untuk berucap cinta”

Tangan Andre memeluk erat tubuh Eka. Ada rasa rindu bergelayut dalam dadanya. Ada rasa kangen bersemayam dalam hatinya. Pikirannya dipenuhi seribu tanya sejuta bimbang. Tiba-tiba terbayang wajah Ria. Cewek ‘super’ yang selalu menemani Andre saat Andre mengalami kesusahan, yang selalu memberi semangat saat Andre patah semangat. Sekarang Andre dihadapkan kembali pada sosok diri Eka, cewek ‘super’ yang sudah pertama kali sanggup membuat Andre uring-uringan. Apa benar cinta sejati datang pada saat cinta pertama, dan cinta selanjutnya adalah cinta yang dibuat dengan perhitungan? Sekarang Andre dituntut oleh dua kenyataan. Eka dan Ria. Mereka sama-sama cewek ‘super’. Sama-sama memberikan kesan manis. Sekarang Andre yang merasa bodoh. Andre tidak mampu meraih mimpi-mimpi manisnya. Andre tidak punya lagi guru yang super yang bisa mengajarkan bagaimana caranya meraih mimpi, bagaimana caranya meraih harapan-harapan manis. Andre tidak mampu…

END

Cerpen - Ku Temukan Cinta Di Twitter


“Ku Temukan Cinta Di Twitter”
Oleh : Lorensius Alfian

Pagi hari Bobby duduk di depan ruang kelasnya sendirian. Dia sibuk menatap layar HPnya dan senyum-senyum sendiri tak karuan. Beberapa orang yang lewat tidak heran dengan sikap Bobby yang seperti itu. Seperti biasanya, Bobby pasti sedang berchating ria. Bobby adalah seorang maniak chating dan internet. Sudah beberapa kali dia dikeluarkan dari kelas, gara-gara ketahuan sedang chating saat pelajaran berlangsung. Namun, dia tidak pernah jera. Saat dikeluarkan dari kelas, dia memilih pergi ke kantin dan melanjutkan ritualnya yaitu chating.Pagi itu saat sedang asik-asiknya chating, tiba-tiba seorang cowok menghampirinya.

“Woy Bob, chating lagi loe.” Kata Andre sambil menepuk pundak Bobby, sehingga membuat Bobby kaget.
“Astaga Tuhan” Kata Bobby kaget. “Ngapain sih loe, ngagetin gue aja.” Lanjutnya.
“Sorry boy. Btw, loe chating apaan sih, gue lihat loe makin hari makin kayak orang gila tao nggak? Nggak jera loe ya, hampir tiap hari loe dikeluarin mulu dari kelas.” Komentar Andre
“Seperti remaja pada umumnya, hal itu biasa saja dan sering terjadi di kota-kota besar. Hehe.. Nge-twitt di Twitter. Seru nih, loe kudu nyoba.” Ucap Bobby
“Apa serunya sih chating kayak begituan. Buang-buang waktu aja.”
“Seru tao. Di sini loe bisa cari temen di daerah mana aja. Kalau ada yang cocok, bisa dapat jodoh. Hehehe.. Penggunanya kan banyak banget.”
“Halah.. Loe kayak sales panci aja, promosi chating kayak gituan. Dasar MAON..!!!!!”
“Apaan tuh maon? Bahasa planet jangan loe bawa-bawa kemari, gue ngggak ngerti.”
“Manusia Online.” Teriak Andre di telinga Bobby
“Kira-kira donk loe, kayak gue budek aja.” Ucap Bobby
“Sorry boy. Hehehe..” Kata Andre cengengesan

Seperti biasanya, Bobby bermention ria dengan teman-temannya di dunia maya. Tiba-tiba muncul tanda mention di layar hapenya. Tanpa buang-buang waktu, Bobby segera melihatnya.

“Hai @BobbySaputra10.. Boleh kenalan?” Sapa Orang tersebut. Dia memiliki nick @Ingus_97. Unik menurut Bobby, segera Boby membalasnya
“Boleh.. Nama gue Bobby, loe??” Balas Bobby
“Gue Ida Bagus Oeka tapi panggil aja Ida. Loe sekolah di mana?”
“Gue sekolah di Smansa, loe?”
“Oya? Gue juga sekolah di situ. Kelas berapa loe?”
“XII IPS 1 , loe?”
“Gue kelas XI IPS 5.”

           Obrolan mereka pun berlanjut sampai membicarakan hobby masing-masing. Tak terasa sudah larut malam, Bobby pun off dari chating dan segera pergi tidur.
∞∞∞

           ..Krrrrrriiiiiiiinnnnnnngggggggg..
           Bel berbunyi menandakan waktu istirahat. Murid-murid keluar dari kelas dengan berdesak-desakan. Andre bergegas menuju kantin seorang diri. Seperti biasanya, Bobby duduk di kursi depan ruang kelasnya untuk bermention ria. Tak berapa lama, Andre kembali dari kantin dengan membawa banyak makanan kecil dan dua kaleng minuman dingin. Dia pun segera menghampiri Bobby.
“nih pesanan loe.” Kata Andre sambil memberikan tiga snack dan satu minuman dingin
“Thank’s ya sob.” Ucap Bobby sambil membuka minumannya
“Iya.. Gue ke toilet dulu bentar. Nitip ya, awas loe makan snack gue.”
“Nggak percayaan amat sih loe ma teman sendiri. Saat loe kembali, makanan loe masih utuh kok.”
“Iya.. Iya.. Gue percaya ama loe.” Kata Andre kemudian pergi

           Bobby pun melanjutkan berchating ria sambil memakan makanan yang tadi dibeli Andre untuknya. Saat melihat Ida memention, Bobby pun segera mengajak Ida untuk saling mention. Tak berapa lama, Ida kemudian membalas chatnya. Ternyata Ida anaknya asik untuk diajak ngobrol. Lama-lama Boby pun jatuh hati kepada Ida. Tanpa mereka berdua sadari, jarak mereka berdua tidak begitu jauh dari tempat mereka duduk. Bobby meminta nomer hape Ida dan berinisiatif mengajak Ida kopdar (kopi darat) sabtu malam ini, Ida pun menerima ajakan Bobby tersebut dan memberikan nomer hapenya kepada Bobby. Dari kejauhan, terlihat Andre sedang berbicara dengan seorang cewek. Setelah selesai berbicara dengan cewek tersebut, Andre segera menghampiri Bobby.

“Barusan loe ngomong ma siapa , Ndre?” Tanya Bobby
“Ma Ida, ketua OSIS di sekolah kita. Biasa lah, masalah Osis” Jawab Andre
“Hach?? Ida?? Ketua OSIS cewek??” Kata Bobby kaget, minuman yang diminumnya tanpa sengaja muncrat ke wajah Andre.
“Kalau kaget biasa aja donk, nggak usah lebay pake acara muncrat segala. Ntar hilang lagi aura kegantengan gue.” Kata Andre dengan pedenya.
“Ganteng pala loe pitak. Haha.. Kalau dilihat dari sedotan mah, baru loe ganteng. Itu juga sedotannya dilihat dari menara Eifell.. Hahahah.. Kata Bobby ngakak sehingga membuat Andre manyun semanyun-manyunnya.
“Elu kalau nggak chating,, ngeledek mulu kerjaan nya.. huch!!”
“Sorry sob. Hehehe.”
“Oya, kenapa loe kaget dengar nama Ida? Ada apa nich?” Selidik Andre
“Nggak apa-apa kok. Hehe.. Ada ya Ketua OSIS cewek.”
“Elu haha hehe haha hehe dari tadi, bosen gue dengernya. Ada Lah, buktinya si Ida tuh. Makanya loe jangan chating mulu.” Komenter Andre
“Iya bawel. Udah yuk masuk, udah bel nih.” Kata Bobby.

           Mereka berdua pun masuk ke dalam kelas. Bobby masih memikirkan Ida. Dalam batinnya bertanya-tanya, “apa mungkin Ida itu adalah Ida ketua OSIS di sekolah gue? Hmm, sabtu malam gue bakal tao ama dia.”
∞∞∞
           Malam yang dinanti pun tiba, Bobby bersiap-siap untuk kopdar bersama Ida di tempat yang sudah mereka sepakati. Beberapa kali dia membaca sms Ida, “Ingat, Café Cinta. Loe pake baju hitam kan? Gue pake dress biru langit.” Bobby tiba di café sepuluh menit lebih awal dari waktu yang telah di sepakati. Ternyata Ida telah duduk manis di tempat tersebut. Bobby pun segera menghampirinya.

“Ida kan?” Sapa Bobby dengan ragu, takut salah orang. Karna saat itu Ida membelakanginya.
“Iya. Loe Bobby ya.” Kata Ida kemudian membalikkan badannya menghadap Bobby. Bobby terkejut, sepertinya dia pernah melihat Ida. Hampir saja dia terpesona akan kecantikan Ida.
“Iya.. Hmm.. Loe bukannya yang kemaren ngobrol ma Andre di depan lapangan kan? Kalau nggak salah, loe ketua OSIS” Tanya Bobby memastikan
“Iya. Loe temennya Andre ya.”
“Yups.. Andre sohib gue.”
“Duduk Bob, nggak enak ngobrol sambil berdiri.”
“Iya..” Jawab Bobby grogi

           Mereka berdua mengobrol dengan santai. Bobby tak kuasa menahan perasaannya. Dia mencoba untuk tenang. Akhirnya Bobby pun memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada Ida.

“Da, gue mau ngomong sesuatu sama loe.” Kata Bobby gugup
“Ngomong aja lagi, nggak ada yang ngelarang kok.” Ucap Ida sambil tersenyum
“Loe mau nggak Da, jadi cewek gue? Walaupun kita baru ketemu ya, tapi gue ngerasa nyaman aja waktu chating sama loe. Gue bener-bener sayang sama loe, Da. Gue jatuh cinta sama loe pada mention pertama.” Kata Bobby
“Gimana ya.” Kata Ida sambil berpikir
“Loe mau kan Da, jadi cewek gue. Gue butuh jawaban loe sekarang.” Kata Bobby dengan sedikit memohon
“Ya udah, gue mau jadi cewek loe.” Jawab Ida
“Yes.. Makasih ya, Da. Sekarang kita resmi jadian nih.” Kata Bobby senang
“Iya.” Jawab Ida
“Gue sayang sama loe, Da. Gue nggak bakal ngecewain loe.”
“Gue juga sayang sama loe.”

           Akhirnya Bobby pun menemukan cintanya. Bobby sangat senang, begitupun dengan Ida. Andre terkejut dan tidak percaya mendengar kabar kalau Bobby jadian dengan Ida. Tak berapa lama, Andre pun mengikuti jejak Bobby menjadi Republik Twitter, dengan satu tujuan yaitu dapat jodoh. Bobby hanya tertawa melihat tingkah Andre. Setelah dipikir-pikir, Bobby masih tak menyangka dari sebuah akun Twitter dia bisa menemukan cinta.

END

Cerpen - Ternyata Sulit Melupakan


Ternyata Sulit Untuk Melupakan
Oleh : Lorensius Alfian
“Mengenal kamu itu sesuatu yang indah dan tak pernah terfikir akan melewati masa yang panjang, berliku dan rumit. Kebahagian dan kesakitan melengkapi cerita kita namun sesuatu yang masih ku kenang saat ini dan entah akan hilang dan tak berbekas sampai kapan, biarlah waktu yang berjalan akan menjawabnya”
“Kisah cinta ini memang harus berakhir, walaupun hati benar-benar menolak. Sakit hati ini terasa letih akankah kau tau itu?”
            Hendri, kekasih yang aku sayang begitu tulus, mengakhiri hubungan tanpa alasan yang jelas, berkali-kali ingin aku menolak kenyataan ini, tapi ini adalah sebuah perjalanan hidup yang mungkin harus ku lalui, mencintainya membuat aku sering melupakan sakit yang dia perbuat, kebaikannya masih ku rasakan seperti dia adalah kekasihku yang dulu, namun keadaan selalu menyadarkanku bahwa dia bukan miliku lagi.

            Tidak semua kebaikannya selalu membuatku bahagia, saat dia sedang berbaik hati menemaniku saat aku sakit, dia seringkali bercerita tentang kehidupan percintaannya yang ia jalani, sebelumnya aku tak pernah tau, sontak saat dia bercerita rasanya perasaan ini berantakan, tapi memang aku harus tau mungkin untuk menyadarkan aku melupakannya, tapi dihatiku benar-benar tak pernah ingin tau dan lebih baik tidak pernah tau, hal itu tak ingin pernah ku dengar, tapi aku hanya mencoba menjadi pendengar yang baik, apapun ceritanya walaupun menyakitkan buat hatiku. Aku hanya ingin menjadi seseorang yang ada saat dia butuhkan, walaupun mungkin dia tidak pernah membutuhkan aku.
            Pernah di suatu hari, pertemuan kami memang tak sering seperti mungkin pacarnya yang lalu. Dan saat bertemu dengannya adalah moment yang spesial, hari ini adalah pertemuanku pertama dari semenjak kami tidak terikat oleh ikatan cinta, rasa canggung dan gugup menatapnya dirasakan olehku, berjalan di tempat keramaian sedikit membuat jantungku gemetar, bingung mau berkata apa ? akankah sikapnya masih seperti yang dulu perhatian dan lembut kepadaku ? akankah dia berubah menjadi seorang yang dingin terhadapku ?

            Waktu telah menjawab semuanya, dan semua baik-baik saja tak ada perubahan dari semua yang telah berjalan, kebaikan dan keramahannya masih sama seperti yang dulu.

            Aku bahagia dan lega saat semua berjalan seperti yang terfikirkan, dipertemukan dengannya kembali membuat aku berharap akan bisa membangun sebuah hubungan kembali dengannya, namun kebaikannya hanya sebuah kesalahan yang aku artikan, aku berharap dan menunggu sampai hari kencan itu selesai, dan mungkin kita memang tak bisa disatukan lagi, semakin aku menyadari bahwa aku telah kehilangannya.

“Tidak mudah melupakan sesorang, apalagi jika kita benar-benar tulus mencintainya”