follow me

Jumat, 07 September 2012

Cerpen - Cinta Itu Terulang Kembali


Cinta Itu Terulang Kembali
Oleh : Lorensius Alfian
“Aku ingin jatuh cinta lagi!” ucap July lirih di depan cermin. Keinginan dan dorongan hatinya untuk jatuh cinta lagi begitu kuat seperti muntahan yang terus mendorong keluar dari dalam perut untuk menghilangkan rasa mual.
Saat ini, July sudah mempunyai seorang kekasih, namanya Agusto. Agusto yang mengikuti program IPA sangat baik dan pintar. Dia juga salah seorang murid kebanggaan sekolah. Agusto tidak seganteng Brad Pitt tapi cukup membuat para wanita didekatnya tak bisa tidur. Agusto bukan cowok berbadan atletis yang didamba setiap cewek untuk selalu berada dalam dekap hangatnya. Dia cenderung kurus tapi cukup membuat July merasa aman berada di dekatnya.
Agusto bukan cowok yang selalu memperhatikan penampilan dia adalah manusia cuek disekolah tapi cukup membuat July selalu merindunya. Agusto yang begitu sederhana dan yang apa adanya. July sangat menyayangi Agusto hingga saat ini.
***
“Kenapa sih?” tanya Agusto suatu hari. July mengerutkan dahinya tanda tak mengerti ucapan Agusto barusan.
“Kamu itu kenapa?” tanya Agusto lagi.
“Maksudnya?” July balik bertanya masih dengan tak mengerti maksudnya.
“Sebulan ini aku ngerasa kamu jadi aneh,” ucap Agusto.
“Apa aku seperti monster, sampai-sampai kamu menganggap aneh diriku ini?” July bertanya sambil bercanda. Tapi aneh, Agusto tak menanggapi seperti biasanya.
“Aku serius!” pandangan mata Agusto seperti memaksa meminta jawaban. Mereka terdiam sejenak. July ragu.
“Aku ingin jatuh cinta, Gus!” akhirnya keluar kata-kata itu dari mulut July setelah sebulan berusaha menyembunyikan hal ini dari Agusto. July merasanya lega sekali setelah mengucapkan kata-kata itu. Ia membayangkan reaksi Agusto, dia bakal kaget dan marah tapi ternyata tidak. Agusto diam saja. Hanya sedikit kaget terlihat dari air mukanya. Di saat seperti ini, keheningan sejenak menjadi teror sepi yang berkepanjangan.
“Jul, aku mencintaimu… sangat mencintaimu dan kamu tahu itu.” July menganggukkan kepalanya.
“Saat ini, kamu memang pacarku, milikku. Tapi, hatimu tetap milikmu sendiri. Kamu berhak menentukan langkahmu sendiri. Berhak menentukan siapa yang kamu cintai.”
“Kamu nggak ngerti aku Gus!”
“Aku ngerti. Sangat mengerti dengan keinginanmu. Jangan memaksakan diri bersamaku bila kamu tak menginginkannya,” Agusto beranjak pergi meninggalkan July.
Agusto tak mengerti apa yang dirasakan July. July hanya ingin sensasi jatuh cinta itu datang lagi padanya. Rasa berdebar-debar bila menunggu kedatangannya seperti ilalang di tanah lapang menanti sang hujan di musim kemarau. Bukan seperti rutinitas menunggu sang mentari muncul dari arah timur saat pagi hari.
July ingin rasa kangen begitu menyerangnya bila lama tak bertemu. July ingin rasa berbunga-bunga itu datang lagi saat senyuman manis dilemparkan ke arahnya. Saat ini, July hanya ingin jatuh cinta, itu saja. Apakah salah? Pikiran July terombang-ambing.
***
Hari ini July sengaja menunggu Agusto di depan ruang kelasnya. Wajah Agusto yang manis masih saja dirindukannya. Sedikit canggung memang setelah lama tak bertemu, tapi semuanya berjalan baik-baik saja.
“Sudah jatuh cinta lagi?” kalimat pertama yang meluncur dari mulut Agusto.
“Sudah, malah berkali-kali!” jawab July.
“Kamu sendiri gimana?” sambung July.
“Aku nggak tahu Jul, rasanya aku tidak bisa jatuh cinta lagi. Aku berusaha melupakan kamu tapi tak pernah bisa. Semakin aku berusaha melupakanmu, bayanganmu makin lekat. Jadi, sekarang kubiarkan bayanganmu merajai diriku tanpa berusaha menghilangkannya. Orang bilang waktu yang kelak akan menghapusnya. Tapi, aku juga masih meragukan apakah kelak waktu benar-benar bisa menghapusnya. Sampai saat ini, detik ini, aku masih sayang kamu Jul.” Kata-kata Agusto meluncur begitu saja seperti kereta api express yang tak pernah berhenti di stasiun-stasiun kecil. Tapi, nadanya makin melemah seperti orang yang sudah kehilangan harapan. Di sudut hati kecil July, ada rasa bahagia yang meletup-letup. Agusto masih sayang dengannya.
“Gus aku jatuh cinta padamu berkali-kali!”
“Benar Jul yang barusan kamu ucapkan? Kamu sedang tidak mempermainkan aku kan?” Agusto menggoyang-goyangkan bahu July, sepertinya Agusto tidak percaya dengan apa yang telah July ucapkan dan dia terus mengulang pertanyaannya.
July mengangguk. Bukankah cinta seperti ini yang diinginkan setiap orang? Jatuh cinta berulang kali pada orang yang sama. Terlihat jelas rona bahagia di wajah Agusto, tapi bukan Agusto kalau dia tidak bisa menahannya. Tidak langsung memeluk July seperti yang biasa July lihat di film-film, tapi July tahu kalau Agusto benar-benar menyayanginya. July mencintai Agusto dengan segala kesederhanaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar