Hanya 3 Bulan Saja
oleh: Lorensius Alfian
“Bil, tunggu…!”, langkah Nabila langsung terhenti kala Bagas
memanggilnya.
“Ada apa ?”
” Ini, buku latihanmu ketinggalan.”kata Bagas.
“Makasi” jawab Nabila sambil tersenyum
Bagas membalas senyumnya, senyum manis yang memberikan arti
bahwa ia adalah sosok anak muda yang ramah dan baik hati.
Ya, dialah Bagas. Siswa SMA Yohanes yang cukup populer. Ternyata Nabila telah
memendam rasa yang cukup lama terhadap Bagas. Nabila dan Bagas memang sudah
kenal sejak lama karena dari sekolah dasar sudah sekelas. Awalnya, tak ada
kedekatan apapun di antara mereka, hingga suatu hari Bagas mengajak Nabila
pulang bersama.
“Mau pulang sama aku nggak ?” Tanya
Bagas sambil tersenyum. Senyum yang dapat membuat siapa saja melayang karnanya.
“Bole aja”, tanpa basa basi Nabila
langsung mengiyakan ajakan itu. Dari sana, Nabia mulai dekat dengan Bagas. Dan
akhirnya, saat itu pun tiba. Bagas meminta Nabila untuk menjadi pacarnya. Tak
perlu banyak waktu untuk menjawab semua itu karna memang itulah mimpi Nabila
sejak SMP.
Kini, hari-hari Nabila pun sudah ditemani oleh Bagas. Semua terasa sangat menyenangkan. Dan ternyata, itu hanya awalnya saja. Ketika hubungan mereka memasuki usia ke-3 bulan, saat itulah mimpi buruk datang.
“Bil, sini, aku mau ngomong sesuatu.”kata Bagas. Nabila langsung menelan ludah, tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. “Aku mau kita temenan aja.”lanjut Bagas.
Taaarr !!!!
Kini, hari-hari Nabila pun sudah ditemani oleh Bagas. Semua terasa sangat menyenangkan. Dan ternyata, itu hanya awalnya saja. Ketika hubungan mereka memasuki usia ke-3 bulan, saat itulah mimpi buruk datang.
“Bil, sini, aku mau ngomong sesuatu.”kata Bagas. Nabila langsung menelan ludah, tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. “Aku mau kita temenan aja.”lanjut Bagas.
Taaarr !!!!
Seakan ada ribuan cambuk yang
mengenai hati Nabila. Ia langsung menitikkan air mata, tetapi segera dihapus
tanpa sepengetahuan Bagas. Nabila tak ingin lemah di hadapan Bagas. Nabila
hanya diam.
“Bil, maafin aku…”
“Bil, maafin aku…”
Nabila langsung berlari sejauh mungkin, tak
peduli walau langit sedang menangis seakan tahu apa yang kini tengah dia
rasakan. Nabila berlari di tengah derasnya hujan, tak ada tanda-tanda kalau
Bagas akan mengejarnya. Biarlah, katanya dalam hati.
Keesokan harinya, tak sengaja Nabila bertemu Bagas di sebuah pusat perbelanjaan. Ia bersama seorang perempuan cantik, berkulit putih, manis, tinggi pula. Ideal sekali untuk ukuran seorang wanita sempurna. Oh Tuhan, ironis. Satu kata yang dapat mewakilkan keadaan Nabila saat ini setelah dia berusaha untuk mempertahankan semuanya. Kini, hancur sudah semuanya karena orang yang ia sayangi.
Nabila ingin menyematkan bintang di dahi Bagas, agar ia tahu betapa besar rasa sayang Nabila padanya. Namun semua itu hanya angan, karna kini Bagas bersama wanita lain yang dan tinggal lah Nabila sendiri dibawah derasnya hujan. Hanya 3 bulan hubungan mereka sudah berakhir, begitu singkat sampai kesan terindah pun belum sempat terucap.
Keesokan harinya, tak sengaja Nabila bertemu Bagas di sebuah pusat perbelanjaan. Ia bersama seorang perempuan cantik, berkulit putih, manis, tinggi pula. Ideal sekali untuk ukuran seorang wanita sempurna. Oh Tuhan, ironis. Satu kata yang dapat mewakilkan keadaan Nabila saat ini setelah dia berusaha untuk mempertahankan semuanya. Kini, hancur sudah semuanya karena orang yang ia sayangi.
Nabila ingin menyematkan bintang di dahi Bagas, agar ia tahu betapa besar rasa sayang Nabila padanya. Namun semua itu hanya angan, karna kini Bagas bersama wanita lain yang dan tinggal lah Nabila sendiri dibawah derasnya hujan. Hanya 3 bulan hubungan mereka sudah berakhir, begitu singkat sampai kesan terindah pun belum sempat terucap.
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar