follow me

Selasa, 11 September 2012

Cerpen - Penasehat Cinta


“Penasehat Cinta”
Oleh : Lorensius Alfian
Matahari telah terbenam sejak sejam yang lalu, namun Vina belum juga beranjak dari tempat tidur untuk mandi. Dia malah asyik bersms-an dengan Deni, temannya. Deni adalah teman satu kelas Vina yang ternyata tertarik dengan Vina. Untungnya, Vina juga tertarik dengan Deni yang pandai bermain gitar dan memiliki senyum manis.
“ehh.. sibuk maen HaPe terus loe. Kapan mau latihan bandnya???” Tanya Dika teman Deni
“bentar lagi bales sms…” jawab Deni
“Siapa tu??si Vina??”
“Iya..eh menurut loe Vina orangnya gimana??”
“gimana apanya??”
“gue suka sama dia,tapi gue belum berani buat nembak dia,gimana ni?”
“menurut gue sih loe tembak aja,kalo diterima kan sukur,kalo ngak yam au gimana lagi?emang nasib loe..”
“sialan loe,kak.. tp Ide loe bagus juga..”
“Ntar kalo udah jadian,boleh donk traktir bakso?”
“sip dah..”
Deni pun mengikuti saran Dika yang merupakan kakak kelasnya sekaligus sepupunya yang begitu ramah. Dika memang tak sepandai Deni dalam urusan asmara, namun Dika sangat hebat dalam memberi saran kepada orang-orang yang lagi dilanda masalah asmara.
Tringg…
“wah..sms si Deni nih..”
Vina langsung membuka sms dari Deni dan segera membalasnya. Ternyata Deni mengajak Vina ketemua di taman dekat rumah Vina.
“ada apa, Den?”
“Gini,Vin..gue mau ngomong sesuatu..”
“ngomong apa??”
“e.. gue suka sama loe,loe mau gak jadi pacar gue??”
“gimana ya??”
“Gimana apa?? Ngak ya?”
“ntar aja aku jawabnya,sekarang aku lagi binggung..”
“hemm.. oke deh..”
Ternyata Vina belum memberi jawaban kepada Deni karena masih binggung. Akhirnya Vina pun meminta saran kepada Kak Dika yang cukup pandai menyelesaikan masalah seperti ini.
“Kak,gimana ya bilang ke Deni kalo aku juga suka sama dia? tapi kemaren aku ngakk jawab karna aku masih ragu dengan ketulusan yang Deni omongin..”
“Gini aja,Kakak kan juga temennya si Deni udah lama,jadi kakak tau sifat Deni. Deni memang baik orangnya,dan kakak rasa juga dia orangnya perhatian,sekarang terserah hati kamu aja,mau atau ngak?”
“ iya deh, Kak.. makasih yah sarannya..”
Vina pun menjawab apa yang diungkapkan Deni kepadanya dan mereka pun akhirnya resmi jadian.
            Setelah dua bulan Vina dan Deni pacaran, mereka mengalami masalah yang harus membuat hubungan mereka berakhir.
“ternyata kamu memang ngak bisa dipercaya..”
“Aku ngak ada apa apa sama si Selin..”
“ngak ada apa-apa?? Tapi koq kamu setiap malam minggu jalan terus sama dia, padahal kita pacaran, tapi kamu ngak pernah tuh ngajak aku jalan sekali pun..”
“ohh jadi cuman gara-gara ngak ngajak jalan??”
“Terserah kamu dech..aku capek bertengkar sama kamu..kamu tuh egois..”
“kamu yang egois..”
Setelah pertengkaran hebat tersebut, Vina langsung bertemu dengan Kak Dika meminta saran yang terbaik bagi hubungannya dengan Deni.
“Kak,aku udah ngak tahan lagi dengan sikap si Deni,dia terus bohong dan bohong..” Vina menceritakan masalahnya dengan Deni kepada Ka Dika sambil menangis.
“Udah lah.. memang dalam setiap hubungan pasti ada api-api permasalahan, tinggal kitanya aja yang hadapi, sekarang kakak tanya apa kamu masih sayang ama si Deni?”
“Aku masih sayang, kak Dia selama ini udah ada dan membuat aku percaya bahwa dia memang baik, tapi kepercayaan itu ilang, waktu aku tau dia sering jalan sama si Selin, sekarang yang ada malah rasa marah yang dalam sama dia..”
“Kalo itu bisa membuat kamu merasa lepas, kamu lakuin aja, mungkin memang itu akhir hubungan kalian..”
Vina lagi-lagi mengikuti saran Kak Dika untuk mengikuti kata hatinya yang ingin putus dengan Deni.
“Den,mungkin ini memang keputusan yang sangat berat, tapi mau apa lagi, mungkin ini memang akhir hubungan kita, aku mau kita udahan aja..”
Tanpa menjawab sepatah kata pun, Vina langsung meninggalkan Deni yang menyadari kesalahannya.
            Kini hari-hari Vina pun terasa sepi tanpa kehadiran Deni yang dulu selalu menghiburnya. Kini hari-hari Vina terasa berat untuk dilalui, terlebih saat dia mendengar kabar kalau Deni sudah jadian dengan Selin. Betapa sakit hati Vina mendengarnya.
            Untunglah ada Kak Dika yang selalu mencoba menghiburnya. Kak Dika tau bahwa Vina sangat sedih ketika dia mengakhiri hubungannya yang begitu singkat dengan Deni.
“Udahlah.. ngak ada yang gak pernah ngerasain sakitnya putus cinta, memang awalnya sakit tapi nanti ilang koq, dibawa santai aja. Jangan pikirin yang lama, dia aja bisa dapat yang baru, kenapa kamu ngak??”
“tapi Kak, berat rasanya buat ngehapus ingatan tentang dia. Dia selama ini udah baik sama aku..”
“Ya..memang, susah buat ngelupain,tapi kami harus move on,gak selamanya terpuruk dalam luka yang sama terus..”
Saran Kak Dika membuat Vina kembali semangat. Kini dia mulai bisa membuka mataya dan mulai Move On. Hari-harinya kini banyak dihabiskannya dengan teman-temannya dan juga Kak Dika. Namun tanpa disadari, Vina kini memiliki rasa kepada Kak Dika.
“kenapa bisa kaya gini?? Koq aku jadi suka sama kebaikan kak Dika?” pikir Vina dalam hati.
“Tapi,apa kak Dika juga suka sama aku?? Kak Dika kan cukup popular disekolah, banyak Kakak kelas cewek yang lain yang juga suka sama Kak Dika..” pikiran Vina jadi kacau memikirkan Kak Dika.
Di sekolah setiap jam istirahat, Vina selalu saja memperhatikan Kak Dika yang ada dikelas ujung. Memang, Kak Dika tidak setampan Deni sepupunya, namun kak Dika cukup manis bila ia tersenyum. Ntah apa gerangan yang dipikirkan Vina, dia berani untuk menelpon Kak Dika dan mengajaknya ketemuan disebuah kafe.
“Kamu ada masalah lagi??” tanya Kak Dika yang sudah tau kalo Vina menelpon mau ketemuan, pasti ada masalah.
“Nga koq kak.. aku cuman pengen jalan keluar aja sama Kak Dika..”
“ohh.. gitu.. ya udah,,kita pesen makanan duluya…”
Setelah mereka berdua selesai makan, Vina dengan berani bertanya ke kak Dika yang barus selesai meminum jus pesanannya.
“Menurut kakak,apa aku ini cantik??”
Kak Dika langsung terkejut mendengar perkataan Vina tersebut. Ternyata, Kak Dika juga menyimpan rasa terhadap Vina adik kelasnya itu.
“Iya kamu cantik.. Vin”
“Cantik,,apanya??”
“Ya..kamu cantik hatinya,kalau kamu mau menerima rasa sayang ku..”
“Apa?? Serius Kak?? Iya aku mau..”
Sambil tertawa mereka berdua berpandangan.
“Makasih kak,selama ini udah ada disampingku saat aku ada masalah, dan mau mengiburku dan membuatku Move on lagi”
“Itu aku lakuin karna aku ngak mau liat kamu terus-terusa tersiksa karna perasaan mu ke Deni, sementara dianya udah sama yang lain, aku gak mau liat wajah mu yang cantik itu ditutupi oleh kesedihan yang terus-menerus setiap hari”
“hehe.. makasih yah Kak..”

“Cinta tak harus karna dia itu baik dan tampan, namun karna dia itu peduli terhadap kita
Bukan Cinta yang membuat kita ada, tapi karna Kitalah yang harus membuat Cinta itu tetap ada…”
Lorensius Alfian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar